Bagaimana mungkin aku dapat mengendalikan pada siapa aku akan jatuh cinta?
*
*
*
Andi mengetuk kamar Danum. Nihil, tak ada reaksi apa pun. Jadi, Danum memang tak ingin diganggu sama sekali? Namun, jika apa yang Kama katakan benar, dia berencana akan masuk paksa. Bukan dengan mendobrak pintunya, itu nggak perlu, karena dia sudah memegang kunci akses kamar Danum di tanggannya. Bodoh! kenapa Kama nggak minta kunci sama resepsionis aja tadi!, pikirnya.
"Dan! ini Andi! bukain dong pintunya...." Ia mencoba membujuk Danum untuk membuka pintu. tapi tetap saja, nggak ada respon sama sekali. "Ah... pantes Kama heboh," gumamnya.
Andi memutar kunci dan memutar kenop pintu kamar Danum, membukanya perlahan. Sunyi, bagai tak ada kehidupan. Udara dingin menyergapnya, rupanya Danum tidak mematikan air-con di kamarnya.
"Dannn...," panggil Andi, menyalakan sakelar lampu kamar Danum, namun kasurnya masih tertata rapi. Hanya ada selembar gaun yang terakhir Danum kenakan di atasnya.
"Dan...." Napasnya Andi memburu, ia meneguk ludahnya, dan memanggil Danum dengan suara lebih nyaring, "Dannnn... kau di mana?"
Andi membuka pintu belakang kamar Danum yang menghubungkannya denga teras belakang, lagi-lagi tidak menemukan siapa pun di sana. "Dannn...!" Dikitarinya kamar Danum, namun nihil. Ia tak juga Menemukan Danum, "Astaga...! Dia mana dia?" panik Andi.
Laki-laki tersebut melihat pintu kamar mandi dan menelengkan kepalanya ragu. Hanya itu satu-satunya tempat yang belum ia jamah, haruskan ia mencari Danum ke kamar mandi juga? Rasanya sangat tidak sopan, tapi bagaimana jika Danum memang di sana dan pingsan? Atau lebih parah lagi menggores nadinya dan mati? Andi bergidik ngeri, menggelengkan kepalanya, mengenyahkan segala pikiran buruk yang mungkin terjadi.
Andi menutup matanya, mengambil napas dalam untuk menenangkan degup jantungnya yang kian memburu karena rasa khawatir. Ia memutar kenop pintu kamar mandi Danum yang tidak terkunci. Gelap, dan tidak ada suara apa pun, bahkan tetesan air pun tidak. Andi meraba-raba sakelar lampu di dinding kamar mandi, setelah berasil mengetuknya, ia mendengar suara erangan dari bath up.
"Danum... Astaga..!" Andi menemukan Danum yang tengah menutup mata dengan lengannya, mungkin merasa tergaggu dengan cahaya yang tiba-tiba menyilau matanya. Bibirnya biru, sekujur tubuhnya dingin. Danum merendam seluruh tubuhnya, hanya menyisakan sedikit ruang agar dapat bernapas.
"What the hell are you doing, Dann! you're freezing!" Andi mengangkat penutup drainer di bath up dan segera membungkus tubuh Danum yang hanya memakai lingerie dengan bath robe, lalu menggangkatnya. Tubuh atletisnya dengan mudah membopong Danum ke atas ranjang. Digosok-gosokkannya kedua telapak tangannya untuk menghasilkan panas alami tubuh dan menempelkannya pada pipi Danum yang terasa seperti es. Setelah warna kemerahan mulai muncul di pipi wanita tersebut, Andi segera mengeringkan rambut Danum dengan handuk dan hair driyer yang ia temukan dalam nakas. Ia juga segera memasangkan kaus kaki pada kaki Danum yang tak kalah membekunya. Hampir saja ia melepas lingerie basah dari tubuh Danum jika tangan lemah Danum tidak mencegahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku Suka Kamu, Tapi Kamu Enggak!
Adventure"Dek, aku..." ucapan Kama terputus, karena detik berikutnya Danum menautkan bibirnya pada bibir Kama. Gadis itu, mencium lembut bibir Kama, membungkam kemungkinan apa pun yang akan Kama ucapkan. •••••••••••••••••••••••••••○●○••••••••••••••••••••••••...