¤¤¤
¿?
Danum menggerai rambut panjang bergelombangnya, sudah ia sisir rapi, nggak seperti biasanya yang ia biarkan tergerai seperti Merida,__walau nggak sengembang itu sih__. Ia memakai gaun selutut warna pink salem dengan motif bunga kecil, flare sleve sesiku di bagian lengannya membuat penampilan gadis berkulit kuning langsat itu terlihat imut, tapi secara bersamaan juga terlihat elegan. Cutting tight waist pada dress-nya menonjolkan lekuk tubuhnya yang menyerupai jam pasir. Tak ada yang kurang dari penampilannya. Jadi, apa lagi yang mungkin membuat Kama menolaknya? Zero! Nol persen kemungkinan Kama akan menolaknya.
Danum melepas tangannya dari gagang pintu kamarnya, dengan berat, seperti enggan pergi menemui Kama, tapi 89 persen bagian hati dan tubuhnya yang lain lebih ingin melihat laki-laki itu. Kama sungguh seperti magnet, entah magis apa yang selalu menarik Danum ke arahnya. Gadis itu menarik napas dalam, meyakinkan 11 persen dari tubuhnya yang enggan pergi untuk turut serta mendukungnya. Itu harus utuh 100%, ten out of ten. Berurusan dengan menyatakan perasaan harus dengan keyakinan 100% agar auranya menyalur pada orang yang dituju.
Lembayung senja menyambut Danum saat ia melangkahkan kakinya di atas jembatan kayu. Kama tidak ada di kamarnya, jadi asumsinya, dia akan berada di ujung dermaga sana. Danum berjalan menyusuri jembatan, sampai ke ujungnya. Siluet Kama yang tertimpa cahaya sun down terlihat sangat indah di mata Danum. Itu dia! Walau pun ada banyak orang lain di sana, Danum nggak akan salah mengenali Kama di antara mereka.
Sesampainya di samping Kama, Danum diam, mendengarkan nyanyian Kama dengan gitarnya. Satu hal yang selalu mambuat Kama jadi nomor satu di hatinya, suara Kama, dan bagaimana jarinya memainkan senarnya dengan piawai membentuk harmoni yang memabukkan.
Lelaki itu melihat Danum dari sudut matanya, menyadari ada yang berbeda, Kama berbalik menghadap pada gadis di sampingnya. Matanya menatap lekat, dari atas ke bawah, mulutnya sedikit terbuka, mungkin takjub, mungkin juga merasa aneh.
"New song?" tanya Danum membuyarkan pikiran lelaki di sampingnya. Gadis itu duduk di samping Kama, kakinya menjuntai ke bawah, di biarkannya menggantung, bersisihan dengan kaki pujaan hatinya.
Kama tersenyum menanggapi. "Sort of," ucapnya, "you looks... emm... different," lanjutnya.
Danum menyipitkan matanya, mencerna, well lebih tepatnya pura-pura mencerna, karena dia paham apa yang Kama maksud karena memang memaksudkannya demikian. Agar terlihat berbeda.
Melihat Danum yang diam saja, Kama melanjutkan, "it's good different."
Danum mengedikkan bahunya, sekali lagi, pura-pura cuek untuk memancing Kama mengatakan apa yang ingin dia dengar dari mulut laki-laki di depannya. Ia memandang lurus ke depan, ke arah matahari yang tinggal seperlima terlihat di cakrawala.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku Suka Kamu, Tapi Kamu Enggak!
Adventure"Dek, aku..." ucapan Kama terputus, karena detik berikutnya Danum menautkan bibirnya pada bibir Kama. Gadis itu, mencium lembut bibir Kama, membungkam kemungkinan apa pun yang akan Kama ucapkan. •••••••••••••••••••••••••••○●○••••••••••••••••••••••••...