Bab~2 ♡

11.6K 980 15
                                    

[Typo Bertebaran.]
.
.
.
***

***
Sebuah ruangan yang beberapa menit lalu masih terasa sepi dan penuh akan keheningan kini sedikit berbeda disaat sebuah suara terdengar yang berasal dari seorang pemuda, sedikit mengurangi rasa sunyi diruangan yang ada disana. Pemuda itu mengerjapkan kedua matanya secara perlahan, mencoba menyesuaikan cahaya lampu yang memasuki retina matanya. Langit-langit berwarna putih menjadi pemandangan pertama yang dilihatnya dengan bau obat-obatan yang tercium jelas di Indra penciumannya.

Salah satu tangannya terangkat menyentuh kepala yang terasa berdenyut hingga keningnya mengkerut saat merasakan sebuah perban telah melilit dikepalanya.

Dengan cepat Ia menyentuh perutnya dengan pakaian rumah sakit yang menutupinya tak sedikitpun merasakan sakit pada tempat yang seharusnya terluka membuat Ia semakin heran. Pandangannya segera mengedar menatap sekeliling ruangan yang telah ditempatinya. Ia sangat yakin Ia pasti sedang berada dirumah sakit. Tapi, bukankah seharusnya Ia mati?

Rasa sakit dikepalanya semakin hebat, Ia tak ingat kapan terakhir kali kepalanya itu terluka. Sepertinya itu tidak pernah terjadi.

Cengkraman pada kepalanya semakin kuat, helaian demi helaian rambut bahkan ikut terlepas mengikuti tarikan pada tangan yang pemuda itu lakukan.

Pintu didorong dengan pelan, menampilkan seorang remaja dengan wajah paniknya saat menatap pemuda tersebut yang terlihat kesakitan.

"Bang Lio!" Teriakkan yang terdengar, segera mengalihkan perhatian pemuda itu. Matanya menatap kedepan pada seorang remaja yang kini berjalan mendekat kearahnya.

"Kenapa Bang?! Ada yang sakit? Apa gue harus panggil dokter? Abang tunggu dulu, gue akan panggil dokter kesini?" Baru saja remaja itu akan melangkahkan kakinya pergi. Hingga menyadari sesuatu, remaja itu segera berbalik menampilkan senyuman yang terlihat canggung.

"Gue lupa ada tombol buat panggil dokter disana." Remaja itu terkekeh kecil. segera Ia kembali mendekat dan menekan tombol yang terdapat disamping ranjang rumah sakit.

Sedangkan pemuda yang ada disana hanya diam memperhatikan apa yang remaja itu lakukan, menghiraukan rasa sakit pada kepalanya yang Ia rasakan, sekarang pikirannya berpusat kepada remaja didepannya, siapa? Kenapa remaja ini memanggil dirinya dengan nama asing yang tidak Ia kenali.

"Dokter pasti akan datang, Bang Lio mau apa? Bang Lio mau minum? Gue akan ambilkan!"

"Tunggu!" Pemuda itu segera menghentikan apa yang Ingin remaja itu lakukan.

GABRILIO Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang