[Typo Bertebaran.]
.
.
.
******
"Lio, Lo beneran mau duduk sendiri aja nih? Gak mau Gue temenin duduk dibelakang?""Gak perlu, Lio mau duduk sendiri aja."
Dapat Lio lihat, setelah satu kalimat yang keluar dari mulutnya selesai, sekali lagi orang yang menjadi lawan bicaranya menghela napas dengan ekspresi kecewa.
Geo, sedari masuk ke kelas bersama Chandra. Pemuda itu terus menawarkan dirinya sendiri untuk menempati kursi kosong yang terdapat disebelahnya. Bahkan anak itu tak memperhatikan penjelasan guru didepan dan lebih memilih berbalik kebelakang melihat kearahnya.
Tadi, sebelum pembelajaran berlangsung dan Guru belum juga masuk ke kelas, hampir sepuluh menit Ia menunggu kedatangan kedua sahabatnya itu, hingga akhirnya mereka datang.
Lio hampir ingin bertanya, apa yang mereka lakukan? Tapi, Ia seketika Ingat dengan perintah Chandra yang ingin dipanggil Abang, perdebatan keduanya disebabkan oleh itu. Melihat raut santai yang ditampilkan kedua sahabatnya seolah masalah tadi tidak pernah terjadi, membuat Ia mengurungkan niatnya.
Sepertinya Bang Lio tidak pernah memanggil mereka berdua dengan sebutan Abang, kenapa Ia harus menuruti kemauan Chandra? Ia tak ingin hal itu dibahas lagi.
"Tapi Gue pengen duduk sama Lo." ungkap Geo akan keinginannya, Geo menundukkan kepalanya seolah pemuda itu sedang sedih.
Lio menghela napas lelah, melirik sekilas ke arah Chandra yang dimana pemuda itu sepertinya sedang fokus mendengarkan penjelasan Guru didepan. Ia kembali menatap kearah Geo."Gak, Geo tetap duduk sama Chandra aja." tolaknya lagi.
Jelas-jelas Geo duduk bersama Chandra, tepat didepan bangkunya. Kenapa Geo ingin duduk bersamanya?
Dikelas ini. Ia menyadari bahwa Ia duduk sendirian, bukan karena teman sebangkunya tidak masuk. Tapi Geo bilang Ia memang duduk sendiri. Ia tidak bertanya apa alasannya, tapi yang pasti bukan hanya dia yang duduk sendirian. Di bangku yang paling depan yang masih dibarisan yang sama dengannya juga duduk sendirian, ada kursi kosong disebelah teman sekelasnya itu. Seharusnya, entah dirinya atau teman sekelasnya bisa saja duduk bersama. Tapi mengingat sekarang Ia tidak terlalu dekat dengan teman-teman sekelasnya ini, sepertinya Ia tak perlu memiliki keinginan seperti itu. Bahkan Geo sepertinya juga tidak perlu.
Entahlah, sepertinya Ia belum bisa beradaptasi sepenuhnya dengan teman-teman sekelasnya. Bahkan untuk kedua sahabat Bang Lio. Walaupun mereka berdua sangat baik kepadanya, Ia tetap saja tidak mengenal mereka sepenuhnya.
Kehidupan barunya ini cukup sulit untuk dirinya lalui, apalagi setelah Ia tahu ini adalah dunia yang sama dengan kehidupannya sebelum Ia meninggal. Ya, sama. Hanya kota tempatnya tinggal yang membedakannya.
Hampir setiap saat rasa takut untuk melihat Ayah dan Abangnya itu ada didalam hatinya, berulang kali Ia mengatakan pada dirinya sendiri, bahwa sekarang Ia sudah jauh dari mereka, apalagi tubuhnya sekarang sudah berbeda, mereka tak akan mungkin mengganggu kehidupannya lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
GABRILIO
Teen Fiction[Brothership, Bromance, Friendship, dan Familyship.] ~~~ Tepat di hari ulang tahunnya yang ke-16. Meninggal dunia di tangan Ayah dan Abangnya sendiri mungkin adalah kado terindah yang Ervan dapatkan selama sisa hidupnya. Bahkan rasa sakit pada tubuh...