Bab~3 ♡

11.1K 936 17
                                    

[Typo Bertebaran.]
.
.
.
***

***
Lio berjalan menyelusuri koridor rumah sakit dengan kasa putih yang masih melilit dikepalanya. Bahkan pakaian rumah sakit masih pemuda itu kenakan. Dia berjalan sendirian, dengan tujuan Ingin pergi ke taman yang rumah sakit ini miliki, Ia sudah tahu dimana letak taman berada, setelah bertanya dari salah satu perawat rumah sakit yang ditugaskan adiknya itu untuk menjaga dirinya. Untuk keberadaan adiknya Bian, remaja itu sudah pergi karena memiliki sedikit urusan yang harus dia selesaikan. Sebelum adiknya itu pergi, Bian sempat meminta ijin dari dirinya, dan tentu saja Ia mengijinkannya tanpa ada niatan untuk bertanya apa yang ingin remaja itu lakukan.

Taman sudah terlihat, walaupun masih cukup jauh dari tempatnya berada. Terus melangkahkan kakinya, sesekali Lio akan memperhatikan hal-hal disekitarnya. Rumah sakit yang Ia tempati terbilang cukup mewah dan dapat terlihat taman yang rumah sakit ini miliki juga terbilang luas.

Setelah sampai, Lio segera duduk dikursi taman yang tersedia disana. Tempat yang Ia pilih bisa dikatakan cukup sepi, membuat Ia cukup nyaman untuk menikmati suasana asri disore hari.

Matanya segera terpejam, disaat angin menerpa wajahnya. Dapat terlihat pemuda itu mengukir senyum manisnya, perasaan damai seperti ini belum pernah Ia rasakan dikehidupan sebelumnya membuat Ia berharap Ia akan tetap terus bisa merasakannya.
Setelah cukup lama, ke-dua mata itu segera terbuka menatap kedepan memperhatikan beberapa pasien yang bersama keluarga mereka disana.

Ada sedikit keirian yang pemuda itu rasakan, mengingat keluarga pemilik tubuh yang Ia tempati bahkan tak sekalipun mengunjungi dirinya.

Suara tangis yang terdengar cukup kecil segera memasuki pendengaran Lio, membuat matanya segera beralih memperhatikan sekitarnya. Melihat tidak ada apapun disekitarnya Ia segera dibuat bingung. Hingga suara yang semula terdengar kecil sekarang terdengar cukup keras membuat pemuda itu seketika mengerutkan keningnya.

Lio segera berdiri, melangkahkan kakinya menuju asal sumber suara yang Ia dengar. Dugaannya, suara itu berasal dari balik pohon yang tidak jauh dari tempatnya berada tadi.

Benar saja, disaat Ia melangkahkan kakinya menuju ke sana, dibalik pohon itu terdapat seorang anak kecil yang menangis, memakai pakaian rumah sakit yang sama seperti dirinya. Sepertinya anak laki-laki didepannya itu berusia 7 atau 8 tahun.

GABRILIO Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang