[Typo Bertebaran.]
.
.
.
***
***
Lio berjalan dalam diam menyesuaikan langkah kaki sang adik yang akan membawanya keruang makan. Ada sedikit keengganan di setiap langkahnya, kala mengingat Bian akan mengajaknya makan malam bersama keluarganya disana.Lio dan Bian berjalan mendekati meja makan, dimana seluruh keluarganya sudah berkumpul. Dengan banyaknya makanan tertata rapi diatas meja. Seorang wanita yang sedang sibuk menyajikan makanan, menjadi objek perhatian Lio disana. Karyl, wanita yang menjadi Ibu di kehidupan barunya sedang tersenyum hangat kepada ketiga adiknya yang duduk dimeja makan.
Karyl yang menyadari seseorang telah datang segera berujar tanpa mengalihkan pandangannya."Mommy kira kamu belum bangun, padahal mommy akan keatas untuk membangunkan-Mu."
"Bian, ayo cepat duduk!" ajak Karyl.
Disaat wanita itu berbalik, senyumnya yang sedari tadi terukir dengan cepat luntur disaat menyadari bahwa bukan hanya Putra bungsunya yang datang tapi, juga Putranya yang lain.
"Li_Lio?!"
Putra pertamanya yang belum lama ini tak pernah Ia lihat akan keberadaannya, kini sedang berdiri di depannya.
Walaupun Ia sudah tahu Putranya itu akan pulang, Ia tetap saja terkejut dengan apa yang telah Ia lihat.
Sedangkan Lio, Ia memilih diam memperhatikan. Ia tak tahu ekspresi apa yang harus Ia tampilkan dan perasaan apa yang Ia rasakan sekarang, apakah Ia harus senang dengan mereka yang bahkan tak ingin melihatnya, atau marah? Tapi, apa haknya?
Ini adalah pertama kalinya Ia dapat melihat secara langsung seluruh keluarganya itu. Disaat Ia pulang Ia hanya melihat si kembar. Setelah kekamar, Ia tanpa sadar tertidur hingga malam. Hingga tak ada kesempatan untuk dirinya bertemu yang lainnya.
Sekarang Ia juga menyadari, bagaimana keempat pria yang ada disana menatap dingin kearahnya setelah mendengar namanya.
Di kehidupannya yang dulu, Ia akan tersenyum dengan mereka yang tersenyum kepadanya. Begitupun sebaliknya, Ia akan bersikap dingin dengan mereka yang begitu sangat membenci dirinya. Dulu, kehidupannya bisa dikatakan sangat unik. Di saat sekolah Ia akan begitu disayangi oleh para guru dan teman-temannya, tetapi, apabila Ia berada dirumah Ia akan sangat dibenci dengan dua orang yang disebut keluarga.
Bian segera menarik tangan Abangnya itu, mendudukkan tubuhnya bersama sang Abang yang duduk disampingnya tak memperdulikan tatapan tajam dari Daddy dan ketiga Abangnya yang lain.
"Mau kemana Daffy?!" Suara tegas dari sang Daddy terdengar. Membuat pergerakan Daffy yang akan pergi meninggalkan meja makan segera terhenti.
Daffy menatap kedepan kearah seseorang yang kini duduk didepan hadapannya. Walaupun terhalang meja, Ia tetap tak sudi untuk dekat-dekat dengan Abang pertamanya itu. Sedangkan Daffa yang berada disamping kanan saudara kembarnya itu hanya diam memperhatikan.
KAMU SEDANG MEMBACA
GABRILIO
Teen Fiction[Brothership, Bromance, Friendship, dan Familyship.] ~~~ Tepat di hari ulang tahunnya yang ke-16. Meninggal dunia di tangan Ayah dan Abangnya sendiri mungkin adalah kado terindah yang Ervan dapatkan selama sisa hidupnya. Bahkan rasa sakit pada tubuh...