[Typo Bertebaran.]
.
.
.
******
Diruangan itu, suasana terasa begitu sunyi dan sepi. Tapi, Ervan yang telah menempati tubuh Lio itu terbaring diatas kasur tak sedikitpun merasakan kenyamanan di dalam tidurnya.Sebuah mimpi tentang Ingatan masa kecil pemilik tubuh yang Ervan tempati kini muncul di dalam tidurnya, disaat cahaya putih dengan suara manis dari seorang anak yang sedang berbicara dengan Ibunya terdengar.
~~~
"Mommy! Ada toko roti yang baru buka loh! Katanya roti disana enak banget mom. Temenin Lio kesana ya? Lio mau beli rotinya." Lio yang berusia tujuh tahun menarik pelan lengan baju sang Mommy yang sedang sibuk mengurus tanaman bunga-bunganya yang sangat indah.
Tangannya yang terulur segera turun menunggu dengan sabar. Senyum manis terukir diwajahnya melihat bagaimana kehati-hatian Mommy-nya itu saat memangkas tanamannya.
Senyumnya semakin merekah kala Mommy-nya berhenti melakukan kegiatannya.
"Mom...,"
"Lio..., Mommy lagi sibuk. Kenapa tidak suruh supir saja yang membelinya?"
Lio tetap mempertahankan senyum diwajahnya."Tapi Lio mau pergi sama Mommy aja. Lio bantu Mommy ya? Biar cepat selesai!" Lio segera berjalan mendekat berencana mengambil gunting yang baru saja Mommy-nya itu gunakan. Tapi tangannya segera ditahan oleh sang Mommy.
"Lio, kamu tidak tahu gimana caranya, nanti bunga Mommy rusak gimana?"
"Lio bisa belajar!" ujar Lio dengan semangat.
"Lio, kamu ajak Daddy saja pergi ke toko rotinya oke? Mommy tidak bisa pergi."
Elusan lembut terasa di rambut hitamnya, Lio menundukkan kepalanya. Senyum diwajahnya secara perlahan luntur."Lio akan ajak Daddy saja," ucapnya dengan suara pelan.
"Maafin Mommy ya? Lain kali kalau Mommy tidak sibuk. Kita akan pergi kesana bersama. Tapi sekarang pergi sama Daddy dulu?"
"Eum!" setelah menganggukkan kepalanya, Lio dengan cepat pergi meninggalkan Mommy-nya itu disana. Disebuah rumah kaca dengan banyaknya tanaman didalamnya.
~~~
Click!
Lio mengintip dibalik celah pintu, memperhatikan sang Daddy yang sedang sibuk dengan Laptopnya. Padahal hari ini hari libur, tapi Daddynya tetap saja sibuk mengurus pekerjaan kantornya walaupun sedang berada dirumah.
Kakinya perlahan masuk diruang kerja pribadi Daddynya itu."Daddy!"
Lio semakin mendekat, melihat Daddynya itu sepertinya tidak menyadari kedatangannya."Daddy?"
"Lio, bukankah Daddy sudah pernah bilang. Jangan ganggu Daddy saat bekerja."
Bukannya berhenti, Lio tetap melangkahkan kakinya."Setiap hari juga Daddy kerja terus. Kapan Lio bisa main sama Daddy?"
KAMU SEDANG MEMBACA
GABRILIO
Teen Fiction[Brothership, Bromance, Friendship, dan Familyship.] ~~~ Tepat di hari ulang tahunnya yang ke-16. Meninggal dunia di tangan Ayah dan Abangnya sendiri mungkin adalah kado terindah yang Ervan dapatkan selama sisa hidupnya. Bahkan rasa sakit pada tubuh...