Bab~12 ♡

6.9K 693 50
                                    

[Typo Bertebaran.]
.
.
.
***

***Lio melangkahkan kakinya keluar dari kamar mandi dengan handuk putih yang melilit di pinggangnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***
Lio melangkahkan kakinya keluar dari kamar mandi dengan handuk putih yang melilit di pinggangnya. Berjalan menuju ke arah lemari pakaian, Lio melirik kearah dimana Bian yang masih tertidur di atas kasurnya.

Kepalanya menggeleng kecil, dengan senyum tipis terukir diwajahnya, saat melihat Bian yang meringkuk memeluk selimutnya.

Langkahnya semakin pelan, sama halnya saat Ia membuka lemari pakaian. Lio tak ingin gerakan yang dilakukannya menganggu tidur adiknya itu. Jam di dinding menunjukkan pukul setengah enam pagi. Masih sangat awal untuk membangunkannya.

Terlihat Lio menguap kecil, saat tangannya terulur mengambil seragam sekolahnya. Sepertinya Ia masih sangat mengantuk sebab semalam, Ia tak dapat tidur dengan nyenyak.

Helaan napas berat terdengar, menatap pakaian didepan yang akan Ia gunakan dihari ketiganya bersekolah. Baru saja Ia akan menutup lemari didepannya itu, saat apa yang Ia butuhkan sudah berada ditangannya. Tapi, pergerakannya terhenti, saat matanya tak sengaja melihat sesuatu didalam sana.

"Buku?" ucap Lio mengerutkan keningnya, saat sebuah buku bersampul hitam terdapat didalam sudut lemarinya. Bagaimana bisa Ia tidak memperhatikannya sebelumnya.

Diambilnya buku itu, Lio segera menutup lemarinya dengan rapat. Berjalan menuju meja belajarnya, meletakkan buku yang Ia temukan di sana.

Lio memilih memakai pakaiannya terlebih dahulu, sebelum melihat isi yang terdapat di buku itu.

Setelah selesai, Lio segera menarik kursi dan duduk didepan meja belajarnya. Dapat Ia lihat, debu yang tertempel pada buku itu. Terlihat tak pernah disentuh untuk waktu yang lama.

Diusap debu itu, membuat tulisan yang ada terlihat lebih jelas, Diary Lio.

Walau hanya menebak, Ia tahu ini ditulis bang Lio saat pemuda itu masih kecil. Tulisannya terlihat rapi dan jelas. Apabila itu orang lain, maka tak akan terpikir itu ditulis oleh anak kecil. Hanya saja, Ia yang sudah melihat tulisan dibuku pelajaran bang Lio tentu tahu.

Lio dengan jiwa Ervan didalamnya, menghela napas. Tulisan bang Lio dari dulu memang sudah bagus. Wajar saja sekarang tulisannya seperti tulisan komputer, Ia saja sulit untuk mengikuti, untung saja disekolah tidak ada yang memperhatikan perbedaan tulisannya.

Tak ingin membuang waktu untuk iri terhadap tulisan pemilik tubuh. Lio segera membuka buku harian itu.

"Apa dengan buku ini, Ervan bisa tahu akan kehidupan bang Lio?" ujarnya menghela napas panjang dan membaca isi buku itu secara perlahan. Perubahan bang Lio terjadi saat dirinya masih kecil, Ingatan mimpinya terlalu berantakan, masih ada bagian yang hilang dari ingatan itu. Ia harap, pertanyaan yang selama ini Ia miliki mendapatkan jawabannya disini. Walau hanya sedikit....

"Hari ini, Lio sendirian di mansion, hanya ada pelayan dan pengawal yang menemani Lio disini. Daddy, Mommy, Revan, Bian, dan sikembar sedang pergi. Lio tidak tahu kemana."

GABRILIO Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang