Bab~9 ♡

6.8K 635 6
                                    

[Typo Bertebaran.]
.
.
.
***

***"Biasa aja dong Bang tatapannya, kayak mau makan orang tau gak? Gue cuman numpang rebahan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***
"Biasa aja dong Bang tatapannya, kayak mau makan orang tau gak? Gue cuman numpang rebahan."

Bian menatap malas pada sosok Abang yang kini menatap dirinya dengan tatapan tajamnya. Bukannya merasa takut Bian malah menarik selimut yang terdapat diatas kasur milik Abangnya itu dan menutup seluruh tubuhnya.

"Bang Revan, jendelanya ditutup dong. Lo gak lihat gue kedinginan?" Bian mendengus melihat Abang keduanya itu yang seolah tak mendengarkan apa yang Ia perintahkan.


"Bang Revan!"

"Ckh!" Revan segera berdecak kesal. Berbeda dengan Bian yang kini tersenyum senang. Walau terpaksa, Abang keduanya itu tetap melakukan apa yang Ia inginkan.

"Kalau gini kan Gue gak kedinginan lagi,"

Revan mengehela napasnya dengan berat."Mau Lo apa Bian?" tanyanya dengan nada yang terdengar dingin.

"Numpang rebahan?"

Revan memutar bola matanya dengan malas melihat adik bungsunya itu malah berbalik bertanya dengan dirinya.

Bukan tanpa alasan Revan bertanya seperti itu, karena setelah makan malam selesai. Ia melihat sendiri bagaimana adik bungsunya itu berjalan menuju ke kamar Abang pertamanya. Tapi setelah Ia keluar dari kamar mandi, Ia malah mendapati keberadaan adik bungsunya itu terbaring di atas kasurnya. Adik bungsunya pasti memiliki sesuatu yang Ingin dilakukannya. Tidak mungkin anak itu ke kamarnya tanpa alasan.

Bian mengehela napasnya, mengingat rencana awalnya untuk datang ke kamar sang Abang, Ia pun segera membuka suaranya."Lo kenapa tadi merhatiin bang Lio terus?" Bian menatap Abangnya itu dengan wajah seriusnya.

Pertanyaan dari Bian yang terlontar, segera membuat Revan mengerutkan keningnya. Hanya sepersekian detik, saat remaja itu segera mengukir senyumnya.

"Jadi Lo kesini, karena mau tau alasannya?" Revan terkekeh menatap adiknya itu.

Bian segera mendengus."Tinggal jawab aja!"

Revan duduk diatas sofa yang berada tak jauh dari kasurnya."Kalau Gue bilang pengen dekat sama Bang Lio gimana?"

"Alasan?! Lo gak lagi berpura-pura kan?"

"Gue serius!"

Bian memutar kedua bola matanya dengan malas."Bagus kalau Lo beneran mau dekat sama bang Lio, karena itu yang Gue mau. Tapi bukan hanya Lo, Gue mau semuanya punya keinginan yang sama untuk dekat dengan bang Lio."

Bian mengghela napasnya.
"Kalau bisa, Gue hanya ingin bang Lio dekat sama Gue Bang.... Tapi, setelah Gue pikir-pikir, keegoisan Gue hanya akan bikin bang Lio terus-menerus merasakan sakit hati. Sakit hati akan perlakuan kalian semua dan termasuk Lo." ucap Bian dengan suaranya yang terdengar pelan.

GABRILIO Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang