[Typo Bertebaran]
.
.
.
******
Geo berdiri didepan pintu rumahnya dengan seragam sekolah yang masih melekat ditubuhnya. beberapa kali bujukan terdengar dari pemuda itu, kala menahan Lio yang akan pergi meninggalkan rumahnya."Tetap disini ya? Biarin aja Revan pulang sendiri."
Revan yang juga berada disana segera memutar kedua bola matanya dengan malas."Bang Lio, akan tetap pulang sama Gue."
"Nanti Abang sendiri yang akan ngantar Lio pulang, Lio mau ya?" tawar Geo yang sedikitpun tak perduli dengan apa yang Revan katakan.
Lio menggeleng singkat menolak tawaran Geo, pandangannya tertuju pada Dean didepannya yang dimana terlukis jelas raut sedih diwajah anak itu.
"Lio, Abang bahkan baru ketemu setelah seharian gak liat Lio disekolah. Jangan pulang dulu oke?" Sekali lagi suara Geo terdengar.
"Besok Lio sekolah kok, jadi bisa ketemu lagi. Lagipula Lio udah dari pagi disini. Udah saatnya Lio pulang." jelas Lio tanpa mengalihkan pandangannya terhadap Dean didepannya.
Segera, Lio berjongkok menyesuaikan tinggi badan Dean."Nanti, Bang Lio akan kesini dan main sama Dean lagi, sekarang Abang pulang dulu." Lio tersenyum mengelus rambut Dean dengan lembut. Ada sedikit keengganan yang Lio rasakan kala menatap Dean. Sebenarnya, Ia masih ingin lama berada disini. Bermain bersama Dean entah kenapa sedikit mengurangi perasaan sesak yang sebelumnya Ia dapatkan di mansion. Hanya saja, Ia tidak bisa berlama-lama dan sudah saatnya Ia harus pulang.
Lio menghela napasnya lelah. Lagipula, Revan tidak ingin pulang jika Ia tidak pulang. Bahkan sebelum Geo mengatakan, Ia sudah terlebih dahulu menyuruh Revan untuk pulang duluan tepat sebelum Geo ada disini. Tapi, Revan bersikukuh untuk tetap bersamanya.
"Janji?" ujar Dean terdengar lirih.
Lio mengangguk singkat."Hmm, Dean juga harus janji oke? Jangan pergi sendirian lagi tanpa sepengetahuan bi Mila." Mendapat anggukan dari Dean dan gumaman kecil mengiyakan yang terucap dari anak didepannya itu. Lio merasakan perasaan lega.
Segera Lio berdiri tegak dan berdiri disamping Revan, menatap Geo yang terlihat enggan. Bagaimanapun Ia akan tetap pulang.
"Lio pulang dulu," ucap Lio berpamitan.
Geo menghela napasnya, dibawah pengawasan tatapan tajam Revan. Tangan Geo perlahan terulur berniat mengelus rambut Lio. Hanya saja, sebelum tangannya sempat mendarat diatas kepala adiknya itu, langsung ditepis dengan kasar oleh Revan.
Geo mengusap tangannya, melirik Revan dengan malas.
"Bang Lio, ayo kita pulang!" Suara Revan terdengar dingin, bersamaan tangannya yang menarik tangan Lio pergi.
"Bang Geo? Apa bang Lio beneran akan kesini lagi?" Mendengar pertanyaan yang terlontar dari Dean, Geo segera mengelus kepala adiknya itu. Menatap kepergian Lio, senyum tipis terukir diwajahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
GABRILIO
Teen Fiction[Brothership, Bromance, Friendship, dan Familyship.] ~~~ Tepat di hari ulang tahunnya yang ke-16. Meninggal dunia di tangan Ayah dan Abangnya sendiri mungkin adalah kado terindah yang Ervan dapatkan selama sisa hidupnya. Bahkan rasa sakit pada tubuh...