[Typo Bertebaran]
.
.
.
******
Lio memegang kepalanya yang terasa berdenyut dan mengerjapkan kedua matanya dengan pelan menyesuaikan cahaya yang masuk ke retina matanya.Mengingat kejadian semalam, membuat Lio menghela napasnya berat. Ia pikir hanya mimpi yang berhubungan dengan bang Lio asli saja yang akan Ia dapatkan dikehidupan ini. Tapi, masa lalunya juga terus menghantui bahkan dikehidupan keduanya ini.
Ia tak bisa berpikir jernih semalam. Jadi, apa yang akan Chandra pikirkan tentang dirinya, kala melihat keadaannya? Apakah Chandra akan menganggapnya tidak waras? Lio menggelengkan kepalanya pelan menghalau pikiran buruk yang kini memenuhi isi kepalanya.
Hingga kening Lio seketika mengerut saat matanya tak sengaja tertuju pada Chandra yang sedang duduk disofa dengan matanya yang terpejam erat.
Jangan bilang, Chandra menemaninya semalaman disini? Memikirkan hal itu, Lio dengan cepat beranjak dari tempat tidurnya dan segera menghampiri Chandra. Kelopak matanya terkulai, menyentuh pipi Chandra dan menepuknya pelan."Bang Chandra...." panggil Lio pelan, dapat Ia lihat sedikit kerutan segera tercetak di kening Chandra. Menunjukkan tanda-tanda akan terbangun.
"Eugh, Lio?"
"Kau sudah bangun?" Chandra segera menatap kearah Lio dengan matanya yang terlihat sayu.
Lio mengangguk pelan."Kenapa bang Chandra tidur disini?"
Senyum tipis segera terlihat diwajah Chandra."Abang khawatir, jadi Abang ingin menjagamu disini. Hanya saja, sepertinya Abang tidak sengaja tertidur." ucap Chandra dengan suaranya yang terdengar sedikit serak.
"Apa Lio butuh sesuatu? Apakah ada yang tidak nyaman?"
Mendengar pertanyaan yang Chandra lontarkan, Lio segera menggelengkan kepalanya."Seharusnya bang Chandra gak perlu jaga Lio semalaman disini. Hingga harus tidur disofa...." Lio menghela napasnya berat dan menatap Chandra dengan perasaan bersalah. Ia tidur dengan nyaman diatas kasur yang Chandra siapkan untuknya. Tapi Chandra? Hanya karena ingin menemani dan menjaganya, pemuda itu harus tertidur disofa.
"Apakah tidak boleh jika seorang Abang menjaga adiknya?" Chandra segera mengelus kepala Lio lembut. Melihat Lio terdiam Chandra kembali membuka suaranya.
"Abang sangat mengkhawatirkan keadaanmu Lio. Itu sebabnya Abang tidak bisa pergi meninggalkanmu sendiri disini."
"T-tap...,"
"Kau tak perlu merasa bersalah Lio. Abang akan merasa canggung jika kau bersikap seperti itu." Setelah mengatakan itu, Chandra segera bangkit dari tempat duduknya dan memeluk tubuh Lio pelan.
"Kau sudah Abang anggap seperti adik Abang sendiri. Kau mengerti maksud Abang kan?" Merasakan anggukan pelan pada kepala Lio, Chandra menepuk punggung Lio pelan dan segera melepaskan pelukannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
GABRILIO
Teen Fiction[Brothership, Bromance, Friendship, dan Familyship.] ~~~ Tepat di hari ulang tahunnya yang ke-16. Meninggal dunia di tangan Ayah dan Abangnya sendiri mungkin adalah kado terindah yang Ervan dapatkan selama sisa hidupnya. Bahkan rasa sakit pada tubuh...