[Typo Bertebaran.]
.
.
.
******
Setelah permintaannya yang ingin masuk sekolah dituruti oleh adiknya itu semalam. Pagi-pagi sekali Lio sudah menyiapkan segala kebutuhan sekolahnya, dari mengemasi barang-barang yang akan mengisi tasnya, topi dan dasi untuk kegiatan upacara yang akan dilakukan di hari Senin semuanya sudah Ia siapkan.Sekarang, Lio sedang berdiri di depan kaca full body dengan senyum manis yang terukir diwajahnya. Menatap pantulan dirinya dengan seragam sekolah yang sudah melekat pada tubuhnya. Terlihat Pemuda itu begitu betah melihat penampilannya.
"Selain ganteng, wajah bang Lio juga manis." pujinya terhadap pemilik tubuh yang ditempatinya.
Setelah mengatakan itu ada raut kebingungan diwajah Lio, Ia menyentuh kaca didepannya dengan heran."Wajahnya beda banget sama keempat saudaranya, bahkan kedua orangtuanya juga gak mirip."
Lio mengehela napasnya panjang, Ia menggelengkan kepalanya tak habis pikir dengan apa yang Ia ucapkan."Gak semua anak harus mirip sama orang tuanya kan." Lio semakin memperhatikan wajahnya itu. Selain warna kulitnya yang sangat putih, warna mata yang dimilikinya hitam pekat begitu senada dengan warna rambutnya, sedangkan para keluarganya memiliki warna mata dan rambut coklat gelap.
"Sekarang sudah jadi kelas 12, tapi gak pa-pa Ervan pasti bisa, eh! Bukan__ tapi Lio pasti bisa!"
Lio menghela napasnya panjang. Sepertinya Ia belum terbiasa dengan tubuh barunya. Bahkan setiap Ia berbicara dengan adiknya itu, Ia harus menggunakan aku. Ia sedikit takut akan kelepasan menyebut namanya sendiri. Kalau menggunakan kata Abang Ia sedikit tak terbiasa. Menjadi Abang dadakan ternyata lumayan sulit untuk dilakukannya.
Lio segera pergi meninggalkan kamarnya setelah cukup lama bersiap-siap. Ia menuju ke lantai bawah dimana para keluarganya pasti sudah berkumpul di sana.
Lio berjalan mendekati meja makan dan benar saja dugaannya, semua keluarganya sudah berkumpul disana selain dirinya.
Baru saja Ia akan mendekati kursi kosong disamping kiri adik bungsunya, Bian. Langkahnya segera terhenti, saat menyadari seragam sekolah yang adik bungsunya itu kenakan.
Merasakan ada seseorang dibelakangnya, Bian segera berbalik melihat."Loh, Bang Lio kenapa berdiri disitu? Ayo duduk disini!" Bian menatap Abang pertamanya itu dengan heran.
Lio melangkahkan kakinya kembali, tapi matanya tak pernah lepas dari adiknya itu."Bian pakai baju SMA, yang lainnya juga SMA. Kalau Lio kelas 12, Revan pasti kelas 11 sedangkan Daffa dan Daffy mereka berdua pasti kelas 10." Menurut ingatan yang Ia dapatkan. Jarak Ia dan adik pertamanya Revan, satu tahun, begitupun Revan dengan sikembar, dan sikembar dengan Bian. Jadi adik bungsunya yang seharusnya kelas 9 sekolah menengah pertama, kini malah memakai pakaian SMA.
Baru hari ini Ia melihat Bian menggunakan seragam sekolah, sebelumnya disaat Ia dirumah sakit, adiknya itu mengunjungi dirinya dengan baju santainya, disaat Ia pulang kerumah. Ia juga tak terlalu memperhatikan apa yang adiknya itu kenakan disaat pergi sekolah.
KAMU SEDANG MEMBACA
GABRILIO
Teen Fiction[Brothership, Bromance, Friendship, dan Familyship.] ~~~ Tepat di hari ulang tahunnya yang ke-16. Meninggal dunia di tangan Ayah dan Abangnya sendiri mungkin adalah kado terindah yang Ervan dapatkan selama sisa hidupnya. Bahkan rasa sakit pada tubuh...