HEMA
Empat Tahun Kemudian. . .
Gue bangun dini hari hari dan menyadari betapa kacaunya kamar yang gue tempati sekarang.
Baju berserakan. Barang-barang beberapa jatuh ke lantai. Gue gak ada waktu buat beres-beres. Lebih tepatnya bantu beres-beres.
Pertama-tama gue harus ngusir cewek yang tertidur pulas di samping gue dulu. Ah, ngelihat wajahnya yang tidur tenang dalam kedamaian gue gak jadi bangunin dia.
Lagian gimana gue bisa ngusir dia? Orang gue aja tidur di kamarnya! Bodoh emang Hema!
Gue ngambil celana kolor gue yang tergeletak di lantai. Dengan cepat gue pakai dan pergi ke kamar mandi.
Gue mandi dengan air dingin. Badan gue rasanya rileks. Setelah ini gue berpikir untuk pergi ke gym.
Urutanya salah ya? Harusnya gym dulu baru mandi?
Peduli amat, badan lengket gini yakali gue nggak mandi dulu. Semalem habis ngelakuin kegiatan yang bikin gerah sih.
Keluar dari kamar mandi gue lihat dia belum juga bangun. Gue melangkah pelan buat ngambil jam tangan dan dompet gue sebelum pergi.
"Hem?"
Oh, udah ternyata.
"Mau kemana?" tanyanya.
"Gym, ikut nggak?"
Dia menggeleng, sembari kepalanya di tekan lagi ke kasur. Balik tiduran.
"Capek gue. Lo langsung balik ke kamar atau ke sini lagi? Kalau iya, ayo kita sarapan bareng."
"Gue langsung balik," kata gue ngambil hp gue yang tergeletak di atas nakas dan gue kantongin.
"Cium gue dulu sebelum pergi."
Gue memutar bola mata. "Lo belum gosok gigi La!"
"Pipi doang, sini."
Cup!
"Puas?"
"Banget," katanya. Gue tersenyum, gelengin kepala pelan.
"Nanti malem ada acara?" tanyanya.
Baru juga mau keluar ah! Udah ditanya lagi.
"Laura! Lo mau apa dari gue? To the point deh."
"Gajadi. Gue tau kok jadwal lo padat. Penyanyi papan atas Hema Arkananta."
Laura bangun dari tidurannya, tadi itu dia sedikit ngejek gue. Gue cuma terkekeh.
Terdiam sesaat gue ngelihat tubuh sintalnya yang gak tertutupi apa-apa. Cuma selimut itupun udah melorot sampai ke pinggang.
"Gue sibuk malem ini, mau ketemu direktur agensi. Udah selesai tour harus nerima gaji dong." kata gue pada akhirnya.
"Iya deh iya!"
Gue pergi dari apartemen Laura. Dan pergi ke gym.
Empat tahun, waktu berjalan dengan cepat. Hidup gue terus berjalan. Ada beberapa hal yang sengaja gue tinggal dan lupakan.
Termasuk gadis itu, Metta. Orang gila yang nyodorin tubuhnya gue, ngajak gue nikah dan berakhir pergi menghilang begitu saja.
Seperti ditelan oleh bumi. Keberadaanya nggak lagi gue temukan.
Gue nyesel gak stalking dia sejak awal. Karena sejak gue ditinggalkan, akun cewek itu sama sekali nggak ada yang aktif.
Metta menghilang seolah-olah dia emang sudah mati.