O1 : Nandya and The Home

301 125 15
                                    

Mengenal dirimu merupakan hal yang paling beruntung bagiku.

- Putri Altalune Nandya -
.
.
.
.
.
.

***

Happy reading-!
Jangan lupa untuk vote♡

***

“Gue di perpustakaan.”

Jangan kemana-mana, 2 menit lagi gue sampai.

“Mau ngapain?”

Penting buat lo tau?

“Dih! Kalau suka bilang aja kali.”

Otak lo gak bener karena kebanyakan main sama Haikal.

“Sial—”

Tut!

Sambungan telepon yang terputus secara sepihak tersebut membuat gadis yang sedang membaca novel di perpustakaan itu bergumam sebal.

“Apa banget gue disamain sama Haikal,” gumamnya.

“Dya?”

Nandya— gadis itu tersentak kaget dan langsung mendongak menatap lelaki yang baru saja datang menghampirinya.

“Anjir, beneran 2 menit dong!”

Sang lawan terkekeh kecil, nyaris tidak terdengar. Dia— Narenza. Cinta dan ‘rumah’ paling nyaman untuk Nandya.

“Mau gak?” tawar Narenza seraya menyodorkan beberapa permen yang dia bawa.

“Bukain,” balas Nandya dengan wajah yang dia buat seimut mungkin.

Narenza berdecak, “manja,” ujarnya. Meski begitu Narenza tetap membuka salah satu permen yang dia bawa untuk Nandya.

Sebuah permen masuk ke dalam mulut Nandya setelah Narenza menyuapinya. Ya, itu memang hal kecil, tapi mampu membuat senyum lebar terukir dibibir gadis cantik penyuka hujan tersebut.

“Manis.”

“Emang, makasih.”

“Bukan elo, tapi permennya.”

“Faktanya gue orang yang manis, terlebih senyuman gue.”

“Iya, manis, tapi kalau jadi jodoh gue.”

“Gila!”

Kedua anak remaja itu saling terkekeh kecil. Meski keduanya memiliki banyak perbedaan, namun pada nyatanya Nandya dan Narenza akan saling melengkapi dan membutuhkan satu sama lain.

“Baca novel mulu kagak bosen lu?” Narenza bertanya dengan alis berkerut heran, tubuhnya dia geser untuk duduk disamping Nandya.

“Gak juga. Gue baru baca novel lagi kok, mumpung lagi gak ada tugas, Za,” balas Nandya seadanya.

Narenza mengangguk paham. Ada benarnya juga, sih, pikirnya. Biasanya tugas mereka memang selalu menumpuk penuh hingga tidak ada waktu lain lagi selain belajar.

“Za, baca deh.”

“Hm?”

Mungkin kah suatu saat nanti kita akan bersatu?

HOMETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang