“Kamu akan menjadi orang yang berharga di mata orang yang tepat.”
- Juno Herve Balgistian -
.
.
.
.
.***
Happy reading-!
Jangan lupa untuk vote♡***
“H-hah? Narenza ngajak gue buat belajar bareng?”
“Iya, lokasinya masih di tempat yang sama. Kalau lo tanya kenapa, ya, karena Chelsea lagi ada urusan mendadak yang gak bisa ditinggal. Itu aja sih yang Narenza bilang ke gue.”
“Kenapa harus gue, Jev?”
“Soal itu gue gak tau, Dya. Yang jelas Narenza mau lo yang datang. Kira-kira lo bisa atau kagak? Kalau emang sekiranya lo gak bisa, jangan dipaksa.”
“Apa pernah gue nolak hal yang berkaitan dengan Narenza? Enggak.”
“Iya, karena itu lah lo pantas di sebut orang paling bodoh di dunia ini.”
“...”
“Pergi sekarang kalau lo mau temuin dan belajar bareng Narenza.”
“Gue sama Narenza tukeran nomor. Apa gunanya nomor itu kalau dia masih minta bantuan lo buat jadi perantara?”
“Gue gak yakin buat bilang ini sih karena takut halu lo makin menjadi, Dya. Tapi kayaknya Narenza ngerasa gak enak sama lo akibat masalah di kantin kemarin."
“Dih! Kayak yang bener aja. By the way, makasih, ya, Jevano.”
“Gak masalah. Kalau Narenza macem-macem langsung bilang aja biar nanti gue yang urus.”
“Hahaha! Iya. Lagian apaan banget deh mana mungkin Narenza berani ngelukain gue.”
“Liat, kan? Padahal nyatanya secara gak langsung udah berpuluh-puluh kali Narenza buat luka yang sama, tapi kenapa lo masih kagak sadar juga? Gue heran, Dya. Sesayang itu lo sama dia?”
“Jawabannya udah jelas kalau gue emang sesayang itu sama Narenza, Jev. Dia semesta yang gue punya selama ini.”
“Terserah! Cewek batu kayak lo mana mempan dikasih nasihat beginian.”
Tut!
“Lah? Ngambek anaknya.”
Nandya menggeleng-gelengkan kepalanya sebelum pada akhirnya gadis itu beranjak dari kasur dengan cepat untuk bersiap-siap menyusul Narenza di lokasi yang sudah ditentukan.
Butuh waktu 10 menit, akhirnya Nandya pun selesai dengan persiapannya. Dengan segera Nandya meraih tas berisi barang-barang yang sudah dia masukkan untuk dibawa dan keluar dari dalam kamar.
“Mau kemana kamu?” tanya Mama dengan suara penuh mengimitasi.
Nandya menoleh lalu menjawab, “Belajar di luar.”
“Sama siapa?” tanyanya lagi.
“Temen cowok,” jawab Nandya seadanya. Toh, niatnya keluar rumah di hari libur ini memang ingin belajar dengan Narenza, kok.
KAMU SEDANG MEMBACA
HOME
Teen Fiction❝𝐀𝐤𝐚𝐧 𝐚𝐤𝐮 𝐛𝐮𝐚𝐭 𝐚𝐤𝐡𝐢𝐫 𝐜𝐞𝐫𝐢𝐭𝐚 𝐤𝐢𝐭𝐚 𝐦𝐞𝐧𝐣𝐚𝐝𝐢 𝐛𝐚𝐡𝐚𝐠𝐢𝐚,❞ ❝𝐋𝐚𝐤𝐮𝐤𝐚𝐧𝐥𝐚𝐡 𝐣𝐢𝐤𝐚 𝐝𝐢𝐫𝐢𝐦𝐮 𝐛𝐢𝐬𝐚 𝐦𝐞𝐥𝐚𝐰𝐚𝐧 𝐭𝐚𝐤𝐝𝐢𝐫 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐓𝐮𝐡𝐚𝐧 𝐛𝐞𝐫𝐢𝐤𝐚𝐧.❞ Bagaimana jika jadinya seorang perempua...