O8 : Silent For A Moment

152 82 7
                                    

Pahami dirimu dahulu sebelum memahami diri orang lain.

- Abimana Zidane Anggara -
.
.
.
.
.

***

Happy reading-!
Jangan lupa untuk vote♡

***

Sret!

“Kemarin lo denger apa?”

“Apa?”

“Ck! Lo pikir gue bego? Gue tau lo ada ditempat dimana saat gue sama Haikal lagi adu bacot.”

“Oh.”

“Dya, jawab dul—”

“Gue gak denger apa-apa, Narenza.”

Narenza terdiam mendengar nada ketus Nandya. Apa gadis itu marah? Atau sedang tidak ingin diganggu?

“Lo kenapa?”

“Astaga! Sekarang apa lagi, Za? Gue gak kenapa-napa.”

“Kalau cemburu itu bilang.”

“Atas dasar hak apa gue buat cemburu?”

Nandya terkekeh lalu geleng-geleng kepala. “Udah, ya, gue duluan.”

“Dya, tunggu!” Narenza menahan pergelangan tangan Nandya dan menatap gadis itu dengan lekat. “Kenapa lo ngehindarin gue?”

Nandya berdecak lalu melepas kasar cekalan Narenza pada pergelangan tangannya.

“Mungkin itu cuma perasaan lo doang, Za.”

“Kalau firasat gue benar, gimana?”

“Bukannya kepintaran itu berasal dari otak yang dipakai untuk berpikir, ya, kan?”

Sialan!

Melihat kepergian Nandya yang begitu terburu-buru dan seakan menghindarinya membuat Narenza yakin bahwa gadis itu sebenarnya sedang tidak ingin diganggu—

Oleh dirinya.

Narenza menghela napas kasar lalu meneruskan langkahnya yang sempat tertunda.

“Narenza!”

Yang dipanggil menoleh lalu melambaikan tangannya seraya tersenyum kecil.

Terkadang Chelsea membuat dirinya merasa sedikit tidak nyaman. Namun, disisi itu pula Chelsea juga yang nyaris membuat Narenza jatuh cinta.

Ya, jatuh cinta.

“Tumben datang pagi?” ledek Narenza menatap Chelsea dengan jahilnya.

Chelsea mendelik malas. “Dih! Apa-apaan? Yang ada lo kali datang siang mulu.”

“Kurang tepat tapi oke lah.”

“Hahaha!”

“Lo lucu deh pagi-pagi semangat gini. Pasti ada penyemangatnya, ya, kan?”

“Gak ada, adanya piscok— sama elo, hehe.”

Kini berganti Narenza yang justru mendelik malas. “Halah! Sorry to say, kita beda kelas, ya, Chel.”

Narenza dan Chelsea lantas tertawa bersama tanpa tau ada yang mendengar percakapan keduanya dalam diam.

Nandya, gadis itu menghela napas kasar lalu dengan cepat berlari menuju kelas.

HOMETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang