“Bukan kah nilai hanyalah sebuah angka?”
- Kevin Forza -
.
.
.
.
.***
Happy reading-!
Jangan lupa untuk vote♡***
Hari ini kelas 12-3 melaksanakan ulangan harian mendadak dalam mata pelajaran geografi. Menegangkannya karena di hari itu pula nilai ulangan harian yang mereka kerjakan dibagikan.
Nandya menatap kertas ulangan harian ditangannya dalam diam. Nilainya memang di atas KKM, tapi kenapa dia harus kembali dikalahkan oleh Narenza yang nilainya lebih tinggi dari nilainya?
“Berapa kali ini?” tanya Narenza dengan nada mengejek.
Yang di tanya menoleh lalu menjawab dengan suara pelan, nyaris berbisik, “90.”
“Pftt, you lose again.”
“Oh? I know. Tanpa lo bilang pun gue udah tau. Enggak usah pamer, gue juga tau kalau nilai lo 100.”
Narenza terkekeh kecil sebelum akhirnya dua jari lelaki itu bergerak mencubit hidung gadis di depannya.
“Gak usah selalu berusaha buat bersaing sama gue. Pertama, lo gak akan bisa. Kedua, lo sukses bukan karena nilai. Ngerti?”
Nandya menghela nafas kasar. “Lo nggak tau apa-apa, Za.”
Narenza menggidikkan bahu seolah tidak peduli. Tanpa menunggu lama lagi lelaki itu segera pergi meninggalkan kelas untuk menyusul Jevano dan Haikal yang sudah lebih dulu pergi menuju kantin.
“Omongan Narenza jangan dimasukin ke hati, ya, Dya,” ucap Bianca.
“Kagak lah. Buat apa? Toh, gue udah terbiasa sama dia,” jawab Nandya.
“Udah ah kita ke kantin aja, yuk?” ajak Rachna, kedua temannya pun mengangguk menyetujui.
Ketiganya meninggalkan kelas dan berjalan menuju kantin diselingi obrolan ringan untuk menambah hangatnya suasana pertemanan mereka.
Meski begitu tidak dapat dipungkiri jika salah satu di antara mereka kini lebih memilih diam dengan kepalanya yang berdenyut nyeri.
Gimana caranya gue bisa masuk perguruan tinggi yang jadi impian gue kalau nyatanya nilai gue sendiri pun masih dibawah Narenza?
Sejak pertama kali keduanya mengenal di masa kelas 9 SMP, Nandya dan Narenza memang selalu bersaing dalam penempatan nilai tertinggi.
Ah, sebenarnya hanya Nandya yang berusaha untuk bersaing disini, sedangkan Narenza tidak. Bersaing dengan Nandya hanya membuang tenaga yang sia-sia bagi Narenza sebab dia percaya bahwa dirinya akan selalu berada di atas gadis tersebut.
Puk!
“Ngelamun mulu nanti kerasukan lo!” ujar Rachna seraya menepuk bahu Nandya yang nyaris membuat sang teman terkejut.
“Amit-amit!” balas Nandya.
“Gabung sama mereka aja, yuk?” ajak Bianca.
Nandya dan Rachna sontak menoleh pada satu arah dimana Bianca mengarahkan telunjuknya. Tunggu, bukannya itu Narenza dan teman-temannya?
“Sehat lo?” tanya Nandya tidak mengerti lagi.
Ketiganya saling mengenal bukan berarti ketiganya akrab terhadap satu sama lain. Bisa dihitung oleh jari berapa kali Nandya, Rachna dan Bianca bergabung dengan Narenza dkk.
KAMU SEDANG MEMBACA
HOME
Teen Fiction❝𝐀𝐤𝐚𝐧 𝐚𝐤𝐮 𝐛𝐮𝐚𝐭 𝐚𝐤𝐡𝐢𝐫 𝐜𝐞𝐫𝐢𝐭𝐚 𝐤𝐢𝐭𝐚 𝐦𝐞𝐧𝐣𝐚𝐝𝐢 𝐛𝐚𝐡𝐚𝐠𝐢𝐚,❞ ❝𝐋𝐚𝐤𝐮𝐤𝐚𝐧𝐥𝐚𝐡 𝐣𝐢𝐤𝐚 𝐝𝐢𝐫𝐢𝐦𝐮 𝐛𝐢𝐬𝐚 𝐦𝐞𝐥𝐚𝐰𝐚𝐧 𝐭𝐚𝐤𝐝𝐢𝐫 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐓𝐮𝐡𝐚𝐧 𝐛𝐞𝐫𝐢𝐤𝐚𝐧.❞ Bagaimana jika jadinya seorang perempua...