O18 : End?

51 4 1
                                    

Setiap orang mempunyai cara sembuh yang berbeda-beda.

- Bianca Yuvaska Aynara -
.
.
.
.
.

***

Happy reading-!
Jangan lupa untuk vote♡

***

“Lo sadar nggak ada yang beda dari Nandya?”

“Enggak tau dan nggak peduli.”

“Za—”

“Cukup, ya, Jev, nggak perlu sangkut pautin gue sama Nandya terus. Kita nggak ada hubungan apa-apa, okay?

Tepukan singkat diberikan Narenza pada bahu Jevano sebelum akhirnya lelaki itu pergi meninggalkan sang teman di gazebo sana.

Jevano hanya bisa menghela napas kasar menatap kepergian Narenza. Tatapannya lalu beralih menatap Nandya tidak jauh dari sana. Lagi, Jevano menghela napas kasar.

“Kenapa kalian berdua berubah? Jujur, gue bingung, tapi gue nggak bisa ikut campur lebih dalam.”

Hampir sebulan berlalu, Jevano sadar ada yang tidak beres dengan kedua temannya.

Iya, Nandya dan Narenza.

Keduanya tampak lebih banyak diam tanpa mengeluarkan suara antara satu sama lain. Jevano tidak tau apa yang terjadi dan tidak ingin tau lebih dalam pula mengenai apa yang terjadi. Namun, ia hanya berharap bahwa kedua temannya itu baik-baik saja.

Meski nyatanya jauh dari kata itu Jevano tau jika Nandya dan Narenza sedang tidak baik-baik saja.

Keduanya berbeda.

Keduanya berubah.

Nandya yang dulunya terlihat tidak tertarik pada dunia pertemanan justru kini menjadi orang yang terlihat sangat sibuk akibat sikap friendly-nya.

Begitu pula dengan Narenza. Lelaki itu tampak lebih banyak menghabiskan waktunya bersama Chelsea. Tak jarang Narenza pun menghabiskan banyak waktunya hanya untuk belajar tanpa ingat waktu.

Sebenarnya apa yang terjadi pada mereka berdua?

Satu hal yang Jevano dapat garis bawahi yaitu- Nandya perlahan kehilangan 'rumah' nya.

Puk!

Tepukan tersebut seketika membuat Jevano tersadar dari lamunannya. Ah, ia baru ingat jika tidak hanya dirinya yang ada di sana.

“Serius banget lo mikirin apaan sih?” tanya Bima penasaran.

Jevano menggeleng. “Bukan apa-apa. Ah iya, Haikal sama Ergan mana?” jawabnya sekaligus bertanya.

“Tuh kan! Ada yang lagi lo pikiran dah, Jev, sampe lo lupa begini,” tegur Kevin.

Yang ditegur hanya bisa menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

Juno geleng-geleng kepala. “Haikal sama Ergan lagi beli nasi padang di depan, Narenza sendiri lagi pergi ke toilet,” sambungnya menjawab.

“Oh, gitu? Oke,” balas Jevano tidak ambil pusing.

Tidak lama dari itu Narenza, Haikal dan Ergan datang secara bersamaan. Ketujuh orang itu segera duduk melingkar untuk menyantap makan siang mereka.

Terlihat sederhana tapi terasa sangat nyaman.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 16 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

HOMETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang