O12 : Quality Time

95 35 2
                                    

Jangan hanya mengandalkan perasaan tanpa memakai logika.

- Baskara Devanoa -
.
.
.
.
.

***

Happy reading-!
Jangan lupa untuk vote♡

***

Mumpung lagi libur mau quality time gak, Dya? Di cafe milik bokap gue.”

“Boleh. Lo ajak Bianca, ya, Kak?”

“Jelas, lo sama Narenza.

“Harus banget sama Narenza apa?”

“Gak juga lah itu terserah elo aja.”

“Anaknya gak akan mau.”

Yaelah, pesimis amat. Coba dulu diajak, kalau dia ngga mau baru ajak yang lain.”

“Hmm, boleh deh.”

“Gue tunggu, ya. Nanti kabarin lagi aja.”

“Rachna, Jevano, sama Haikal gimana?”

“Haikal biar menjomblo aja, hahaha!”

"Hahaha!"

Tut!

Setelah sambungan telepon antara dirinya dengan Devan terputus, dengan ragu Nandya menghubungi Narenza lewat pesan chat.

Dan, Narenza menerimanya.

Jangan tanya Nandya senang atau tidaknya, yang jelas gadis itu pasti senang.

Disisi lain, tepatnya di sebuah cafe klasik, sepasang anak remaja tengah mengobrol santai dengan makanan dan minuman yang mereka pesan tertata rapi di atas meja.

“Nanti sore lo mau ikut gue?”

Yang ditanya menoleh lalu mengernyit bingung. “Kemana?”

Narenza membenarkan posisi duduknya sejenak lalu menjawab, “quality time bareng Kak Devan,”

“Kak Devan alumni itu? Mantan Ketua ekskul musik, kan?” tanya Chelsea yang dibalas anggukan singkat oleh Narenza.

“Enggak, ah. Malu,” tolak Chelsea.

Narenza terkekeh. “Ayolah, Chel. Gak cuman gue kok, ada temen-temen gue yang lain juga,” bujuknya.

“Emang mereka gak keberatan?”

Skakmat!

Oke, Narenza bingung. Pasalnya, dia memang belum meminta izin baik pada Devan maupun Nandya sendiri mengenai dengan siapa dia datang nanti.

Tapi, mereka kan teman, apa hal sepele seperti ini saja akan dipermasalahkan? Tidak mungkin, kan? Pikir Narenza.

“Enggak, mereka gak mungkin keberatan. Tenang aja.”

Chelsea tersenyum ragu, entah kenapa perasaannya nyaris tidak enak. Chelsea takut menjadi pengganggu hingga takut menjadi perusak acara yang telah dibuat oleh kakak kelasnya tersebut.

Namun, apakah dia harus percaya pada Narenza bahwa semuanya akan baik-baik saja? Jujur, Chelsea tidak tau.

“Boleh, Za. Gimana lo aja.”

HOMETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang