O17 : Hurt Each Other

63 3 1
                                    

“Jika kamu siap menerima pertemuan. Lalu, apakah kamu siap menerima perpisahan?”

- Geon Rachnandra -
.
.
.
.
.

***

Hari ini Nandya lebih awal datang memasuki kelas. Namun, hal yang dilakukan gadis itu setelahnya hanya diam termenung.

Pikiran Nandya tidak kosong. Hanya saja pikirannya memuat kejadian yang dia lihat dan dia rasakan pada petang kemarin.

Senyuman getirnya terukir saat kejadian tersebut kembali berputar di otaknya. Apa yang harus Nandya lakukan selain diam dan mundur dari kenyataan?

Nandya menyanyangi Narenza, sangat. Tapi jika takdir tidak akan pernah merestui dirinya dengan lelaki itu bagaimana? Nandya akan tetap kalah.

“Aku kangen kamu, Za.”

Kini, pikiran Nandya berputar, berputar mengingat saat pertama kalinya gadis itu bertemu Narenza. Mungkin hari itu dicatat Nandya sebagai hari yang paling membahagiakan untuknya.

Flashback On •

3 tahun lalu - 16 Januari

Seorang anak gadis berusia 15 tahun itu terdiam sembari menyedot susu kotak ditangannya, dia lelah, lomba melukis yang dilakukannya membuat dia lemas karena banyak menguras tenaga.

Ocehan para peserta lomba yang menancap di indra pendengarannya tidak dia hiraukan, dia ingin istirahat.

Lah? Retak?

Sejak kapan, njir?

Mana gue tau!

Kena bola?

Hooh, sama salah satu anak peserta lomba tuh. Gue heran, bisa-bisanya dia main bola disaat keadaan kayak gini.

Ck! Gak punya adab banget sama tuan rumah.

KAN?! Anjing banget emang!

Yang mana peserta lombanya?

Enggak tau, gak inget gue.

Percakapan para anak lelaki di depannya membuat gadis tadi menggeleng pelan. Dasar, pikirnya.

Susu kotak yang telah habis tersebut dia buang pada tempat sampah, matanya mulai memejam perlahan. Tapi, baru ada sedetik, sebuah suara yang menyahut mampu membuat dia terkejut sekaligus tertegun dibuatnya.

Tuh sama si Putri!

Gadis itu menoleh, memberikan tatapan malasnya pada sang ‘teman’ tersebut.

Apasih lo main nuduh-nuduh aja! Orang dari tadi gue duduk anteng doang disini!

Lelaki itu terkekeh pelan.

Bohong tuh Putri bohong!

Yang dituduh memutar bola mata malas. “Terserah lo aja lah!

Gadis itu kembali menyamankan posisinya. Matanya melirik sekilas teman lelakinya itu yang kini tengah asik membahas retaknya kaca jendela 8B milik adik kelas mereka bersama teman-temannya.

HOMETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang