O4 : Feelings

155 101 5
                                    

Dia akan menjaga hatinya jika dia benar-benar menyayangimu.

- Haikal Angkasa Permana -
.
.
.
.
.

***

Happy reading-!
Jangan lupa untuk vote♡

***

“Narenza mana?”

“Ada kumpulan MPK, Dya.”

“Pagi-pagi gini?”

“Seperti yang lo tau. Ada apa emangnya?”

“Gak ada apa-apa.”

“Paling lo ketemu dia jam istirahat nanti.”

“Hmm. Makasih, Jev—”

“Nandya?”

“Iya?”

“Berhenti buat bergantung sama Narenza.”

Nandya seketika terdiam mendengar ucapan Jevano. Ah, bukan hanya sekedar ucapan, lebih tepatnya pernyataan.

“Kalau gue nggak bisa, gimana?”

Jevano menghela napas kasar. “Harus bisa. Lo berdua itu udah dewasa, kalian juga udah terlalu jauh buat jalanin hal ini.”

“Iya, gue ngerti.”

“Jadi?”

“Gue harus nye—”

“Jev, Jev, ambilin almamater gue!”

Secara tiba-tiba Narenza datang mengalihkan pembicaraan Nandya dan Jevano.

Awalnya Jevano sempat bingung, untuk apa? Pikirnya. Namun pada akhirnya dia mengambil almamater MPK milik Narenza dan diberikan kepada pemiliknya.

Thanks, ucap Narenza sebelum akhirnya lelaki itu pergi kembali tanpa menyapa Nandya sedikit pun.

ANJIR! LUTUT LO KENAPA, CHELSEA?!

Nandya dan Jevano saling bertatapan sebelum akhirnya berlari keluar kelas untuk melihat apa yang terjadi.

Suara Haikal yang sangat kencang itu menggema hingga nyaris membuat sebagian murid keluar dari dalam kelas masing-masing karena terlanjur penasaran.

“Bego!” umpat Bianca seraya memijat pelipisnya yang terasa pening. Tangannya terulur menarik bahu Nandya agar berbalik badan.

Namun, Nandya menolak. Gadis itu menggeleng seraya tersenyum masam. “Gapapa.”

“Narenza?” panggil Rachna hati-hati, takut menganggu aktivitas Narenza saat ini.

Narenza menoleh lalu menghela napas pelan. Enggan menjawab. Tanpa berlama-lama lagi dirinya segera memapah gadis yang kini tengah meringis akibat luka di lututnya menuju UKS yang tidak jauh dari sana.

“Chelsea kenapa?” tanya Jevano pada Haikal di sampingnya. Chelsea merupakan sekretaris di dalam MPK.

Haikal yang ditanya pun menoleh lalu menjawab, “setau gue, ya, tadi tuh Narenza sama Chelsea lagi jalan berdua buat ke ruang guru, tapi Chelsea jatuh karena ada gedangan air di lantai sana.”

Mereka menoleh menatap arah yang ditunjuk Haikal, dimana Chelsea terjatuh sebelumnya. Mereka semua terkejut saat melihat adanya genangan air berwarna merah dengan beberapa serpihan kaca yang berserakan di lantai tersebut.

“Nah, lo pada liat kan genangan airnya berubah warna jadi merah? Itu karena darah dari lutut Chelsea akibat kena pecahan kaca-kaca itu saat jatuh.”

“Oh gitu.”

HOMETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang