“Setiap orang mempunyai hak untuk memilih pilihannya tersendiri.”
- Chelsea Kirana -
.
.
.
.
.***
Happy reading-!
Jangan lupa untuk vote♡***
“Dya?”
“Iya, Na? Kenapa?”
“Gapapa, gue cuma lagi pengen curhat aja sama lo.”
Rachna menggeser tempat duduknya untuk lebih dekat dengan Nandya. By the way, Bianca sedang tidak masuk sekolah karena mempunyai acara keluarga.
“Wah! Kenapa lo? Tumben amat. Jangan bilang masalah Jevano?” tanya Nandya.
Tepat sasaran!
Rachna mengangguk cepat sebagai jawaban.
“Gue tiba-tiba kepikiran ini aja. Gue suka sama Jevano, tapi dia tuh kayak gimana? Maksudnya— dia mirip sama Narenza gak, ya?”
Senyuman yang awalnya terukir di bibir Nandya seketika hilang begitu saja. Rachna yang menyadarinya lantas panik karena takut salah berbicara.
“Dya, maaf, gue gak bermaksud jelekin Narenza. Gue—”
“Iya, gue ngerti,” sela Nandya menjawab. Gadis itu membenarkan posisi duduknya sejenak lalu menghela nafas kasar. “Kalau kata pribahasa “teman adalah cerminan diri kita” itu ada nggak menurut lo?”
Rachna mengangguk. “Ada, tapi nggak semuanya kayak gitu.”
“Hmm, gue juga berpikiran yang sama.”
Rachna menghela napas kasar lalu menopang dagunya. “Lo tau sendiri, kan? Setiap kali gue bergerak, Jevano selalu ngasih feedback balik sama gue. Meski buat orang lain keliatannya cuma sepele tapi buat gue itu bukan hal kecil. Lo ngerti kan apa maksud gue?”
“Gue ngerti sebab gue ngerasain hal yang sama, Na. Lo pikir selama ini gue bertahan karena apa? Ya, karena Narenza sendiri.”
“Nah, maka dari itu gue takut buat jatuh cinta terlalu dalam sama Jevano. Gue takut mereka sama.”
“Bahkan tanpa lo tebak pun nyatanya mereka emang sama, Rachna. Yang membedakan mereka itu tingkat level sejauh mana mereka bergerak.”
Kedua anak remaja itu saling menghela napas kasar. Nandya dan Rachna sama-sama bingung, meski bingung keduanya terlalu berbeda.
“Sampai kapan lo mau pertahanin Narenza?”
“Kenapa lo nanya gitu?”
“Gue kasian sama lo, Dya. Gue gak tega. Udah kurang lebih tiga tahun terakhir ini lo berjuang buat Narenza, tapi apa dia peduli sama perasaan lo? Gue rasa kagak.”
“Enggak mudah buat melepaskan, Na.”
“Mudah kalau lo mau berusaha. Kalau pikiran dan hati lo gak sejalan itu sama aja percuma.”
“...”
“Beberapa bulan lagi kita bakal lulus, kalau hubungan lo sama Narenza masih tetap sama— gue harap kalian sama-sama dapat versi yang terbaik dari Tuhan.”
Nandya tersenyum.
“Aamiin. Makasih, ya, Na. Semoga Jevano nggak jadi cowok bodoh yang nyia-nyiain cewek sebaik lo.”
Rachna terkekeh lalu memukul pelan bahu Nandya. “Bisa aja lo. Lagian nih, ya, kalau seandainya dia punya pacar sekali pun gue gak akan kaget, sih.”
“Lho? Kenapa gitu?”
KAMU SEDANG MEMBACA
HOME
Teen Fiction❝𝐀𝐤𝐚𝐧 𝐚𝐤𝐮 𝐛𝐮𝐚𝐭 𝐚𝐤𝐡𝐢𝐫 𝐜𝐞𝐫𝐢𝐭𝐚 𝐤𝐢𝐭𝐚 𝐦𝐞𝐧𝐣𝐚𝐝𝐢 𝐛𝐚𝐡𝐚𝐠𝐢𝐚,❞ ❝𝐋𝐚𝐤𝐮𝐤𝐚𝐧𝐥𝐚𝐡 𝐣𝐢𝐤𝐚 𝐝𝐢𝐫𝐢𝐦𝐮 𝐛𝐢𝐬𝐚 𝐦𝐞𝐥𝐚𝐰𝐚𝐧 𝐭𝐚𝐤𝐝𝐢𝐫 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐓𝐮𝐡𝐚𝐧 𝐛𝐞𝐫𝐢𝐤𝐚𝐧.❞ Bagaimana jika jadinya seorang perempua...