O13 : Sick (2)

88 5 2
                                    

Jangan melarangku untuk berhenti mencintainya. Karena, aku sendiri tidak tau bagaimana caranya.

- Putri Altalune Nandya -
.
.
.
.
.

***

Happy reading-!
Jangan lupa untuk vote♡

***

“Badan Kakak panas. Enggak usah sekolah dulu, ya?”

“Tapi, Bun—”

“Kak, Kakak terlalu banyak memforsir tenaga yang Kakak punya. Apa salahnya kan istirahat untuk satu hari aja? Jangan selalu memaksakan diri, Bunda nggak suka.”

“Iya, Bun. Kakak ngerti. Maaf.”

“Enggak apa-apa. Sekarang Kakak banyakin istirahat, ya, bunda mau buat surat sakit dulu.”

“Iya.”

Bunda mengangguk lalu mengecup singkat kening anak sulungnya. “Dah, tiduran dulu aja, nanti Bunda bawain bubur sama obat sekaligus plester demam buat Kakak.”

Narenza mendelik. “Bun, gak usah pakai plester demam juga,” rengeknya.

Namun, Bunda menggeleng, tanda tidak ingin di bantah.

“Jadi cowok cool boleh, Kak, tapi ngga perlu nolak cuman karena plester demam. Kesehatan itu penting, ngerti?”

“Ish! Bukan gitu, Bun—”

“Terserah, Bunda gak mau denger.”

Bunda terkekeh sebelum akhirnya pergi meninggalkan kamar sang anak. Narenza yang ditinggal hanya bisa menghela napas pasrah sebelum akhirnya dia sendiri ikut tersenyum hangat melihat sikap Ibunya.

Jujur, Narenza merasa beruntung memiliki Ibu hebat seperti sang Ibunda.

“Ngeliat Bunda kadang bikin gue kepikiran sama Nandya.”

Eh?

Narenza tersentak lalu dengan segera meraih ponsel miliknya di atas nakas sana. Beberapa deret pesan dan panggilan muncul setelah data ponsel dinyalakan.

Namun, dari sekian banyaknya nama pengguna yang masuk, hanya salah satu nama yang berhasil mengambil alih atensi Narenza.

Nama penggunanya tertera paling atas, panggilan telepon yang terlewat dan pesan yang belum terbaca baru saja masuk saat Narenza membuka aplikasi tersebut.

Iya, Nandya.

Iya, Nandya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
HOMETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang