“Ia peduli padamu bukan berarti dia menyukaimu.”
- Bianca Yuvaska Aynara -
.
.
.
.
.***
Happy reading-!
Jangan lupa untuk vote♡***
“Lo sakit?”
“Kenapa lo harus nanya lagi?”
“Gue gak akan tau lo sakit kalau aja Rizky gak bilang sama gue.”
“Ck! Masa lo gak buka informasi di grup kelas?”
“Gak, males.”
“Terserah!”
Nandya terkekeh kecil lalu membenarkan posisi tubuhnya di atas ranjang sana. Badannya panas, kepalanya sangat pening.
“Gue udah bilang, kan? Jangan hujan-hujanan, Dya.”
“Seru, Za.”
“Iya, saking serunya sampai buat lo sakit gini.”
Terdengar dengusan sebal di seberang sana. Narenza kesal. Dia juga khawatir disaat yang bersamaan.
Eh?
“Gue gapapa,” sahut Nandya pelan sebab takut membuat Narenza marah.
Narenza yang mendengar itu sontak menghela napas kasar.
“Gue gak bisa dibohongin, itu kalau lo lupa.”
“...”
“Udah makan?”
“B-belum.”
“Makan aja belum apalagi minum obat.”
“Hehe, gue udah muak sama yang namanya obat.”
“Jangan ngeyel, tubuh lo itu enggak sekuat cewek diluaran sana. You know?”
“Hmm, i know.”
“Lagi pengen apa?”
“Lo—”
“Bacot, njing! Yang bener!”
“Iya, iya, kasar banget, sih. Gue lagi pengen nasi padang ayam bakar.”
“Itu doang?”
“Iya.”
“Oke.”
“Lah? Udah?”
“Hooh. Kenapa?”
“Yaelah, Za. Gue kira lo mau beli—”
“Jangan kebanyakan halu, Nandya. Udah, istirahat sana.”
“Lo gak mau ngucapin sesuatu dulu gitu buat gue?”
“G.”
“Hhh! Yau—”
“Gws cantik.”
KAMU SEDANG MEMBACA
HOME
Teen Fiction❝𝐀𝐤𝐚𝐧 𝐚𝐤𝐮 𝐛𝐮𝐚𝐭 𝐚𝐤𝐡𝐢𝐫 𝐜𝐞𝐫𝐢𝐭𝐚 𝐤𝐢𝐭𝐚 𝐦𝐞𝐧𝐣𝐚𝐝𝐢 𝐛𝐚𝐡𝐚𝐠𝐢𝐚,❞ ❝𝐋𝐚𝐤𝐮𝐤𝐚𝐧𝐥𝐚𝐡 𝐣𝐢𝐤𝐚 𝐝𝐢𝐫𝐢𝐦𝐮 𝐛𝐢𝐬𝐚 𝐦𝐞𝐥𝐚𝐰𝐚𝐧 𝐭𝐚𝐤𝐝𝐢𝐫 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐓𝐮𝐡𝐚𝐧 𝐛𝐞𝐫𝐢𝐤𝐚𝐧.❞ Bagaimana jika jadinya seorang perempua...