"Hyung, apa dulu kau bercita-cinta menjadi florist?" sindir Jaemin yang melihat ruangan kerja Mark dipenuhi oleh beberapa jenis bucket bunga yang berbeda.
Mungkin jika hanya sekali melihatnya, Jaemin akan menganggapnya sebagai angin lalu. Ya... paling hadiah dari beberapa kolega baru yang tidak tahu Mark paling tidak menyukai bunga.
Tapi sudah seminggu berturut-turut Jaemin datang ke kantor pria itu dan sudah seminggu pula Jaemin melihat tumpukan bucket bunga yang tidak jauh dari meja kerja Mark!
"Aku akan mengirim ini ke Seoul National University," jawab Mark yang membuat Jaemin mendelik.
Penuh rasa penasaran pria bermarga Na itu bertanya, "apa selama seminggu ini kau memberi bunga ke kampus itu?"
Mark mengangguk.
"Oh iya, kau 'kan salah satu donator di kampus itu ya. Apa sekarang sedang ada acara penyambutan sesuatu yang membuat mu harus mengirim bucket bunga selama seminggu penuh, hyung?"
"Tidak," balas Mark, "belakangan ini Y/n suka sekali bernyanyi di lapangan kampus dengan teman kampusnya yang lain. Aku menyuruh orang memberikan bunga ini padanya sebagai bentu apresiasi agar dia semangat. Sebab aku tidak mungkin memberikan bunga ini langsung padanya di rumah kami."
"Iya, hyung mana mungkin memberikan bu-" mulut Jaemin terkatup rapat, saat sadar ada yang janggal dengan apa yang Mark ucapkan, dia meralat kembali barangkali Mark salah berucap, "hyung bilang tadi... rumah kami? Ucapanmu seolah kau dan Y/n tinggal di rumah yang sama saja."
"Ah iya, maaf aku lupa memberitahu mu. Aku dan Y/n sudah tinggal di rumah yang sama."
Jaemin membelalakan matanya. "Kau hebat sekali, hyung. Apa akhirnya kau bisa membuat wanita sedingin es itu jatuh cinta padamu?"
Mark menaikan sebelah alisnya. "Mana mungkin semudah itu? Aku mengancamnya sedikit, sehingga dia mau bersamaku."
Jaemin menggelengkan kepalanya. Dia tidak yakin Mark hanya mengancamnya sedikit. Pria yang usianya lebih tua darinya itu, pasti menyerang wanita malang itu hingga ke titik terlemah dan membuat wanita itu mau tak mau menuruti apa pun permintaan Mark.
Walau hanya tahu dan melihat sekilas saudari kembar dari tunangannya Renjun itu, Jaemin sudah dapat menilai wanita itu memiliki watak yang keras dan tak semudah itu menurut.
"Kau jangan melihatku sebagai penjahat di sini," timpal Mark yang tidak nyaman dengan sorot mata yang ditunjukan Jaemin.
Mungkin dia lupa, jika bersama Y/n, wanita itu juga menunjukan sorot mata yang hampir sama dengan Jaemin. Malah yang Jaemin tunjukan lebih terasa manusiawi. Tidak seperti Y/n yang melihat Mark seperti melihat iblis berada di sebelahnya.
"Lalu kalau bukan penjahat, apa sebutan yang lebih pantas?"
Mark menjelaskan, "aku juga memberinya benefit. Aku bayarkan semua hutang yang dia miliki, kuberi dia kehidupan yang mewah, kubantu dia dalam meraih impiannya. Aku memberikan banyak hal yang aku bisa untuknya, sementara dia hanya perlu bersamaku saja."
"Mungkin lebih tepatnya hanya perlu menjadi pemuas nafsumu saja," ralat Jaemin dengan nada mengejek, "perkataanmu seperti pria brengsek, hyung. Aku seperti melihat Jeno ada di depanku sekarang, kalau kita tidak dekat, mungkin aku akan memukulmu sampai puas."
"Aku rasa yang aku lakukan sedikit lebih baik dari pada pria yang berencana menghasut calon istri orang lain kabur ke Canada dihari pernikahannya," Mark menimpali dengan kalimat lebih pedas dari pada Jaemin.
Sampai Jaemin terdiam dibuatnya. Mark menghela napas pelan. "Jangan mengusik kehidupan priabadiku. Kau ingin aku bantu membawa wanita itu kabur dari Jeno 'kan?"
"Iya, aku ingin membawa wanita itu kabur saat hari pernikahannya dengan Jeno."
***
Kamar yang terasa panas meski udara malam diluar teramat dingin.
Hampir setiap malam, Mark selalu menantikan moment yang sekarang ini mudah sekali dia dapatkan.
Mark tersenyum dan mengecup bibir Y/n. Saat hendak mulai melakukan penertrasi, Y/n mengernyit raut wajah terlihat sedikit kesakitan, walau mereka sudah sering melakukannya setelah tinggal serumah, sepertinya tubuh Y/n belum terbiasa.
"Tahan sebentar ya. Kau juga tahu tidak lama lagi akan terasa nikmat," bisik Mark tepat ditelinga Y/n.
Kejantanannya bergerak membelai lipatan merah muda milik Y/n. Mark memajukan tubuh, memasuki sesuatu yang menjepitnya. Mark mengerang sesaat, tetap ketika Y/n mencengkram pundaknya dengan kuat. Dia tidak seegois sebelumnya, kali ini dia melakukannya perlahan, tapi tetap saja membuat bulir air mata mengalir dari sudut mata Y/n.
"Nghh..."
Lenguhan yang keluar dari bibir Y/n seperti pertanda bagi Mark untuk memulai lebih.
Pria itu mendorong pinggulnya, menyempurnakan persatuan tubuh mereka dalam satu kali hentakan.
"Ahh... Mark!"
Y/n menjerit ketika menerima hentakan demi hentakan yang Mark berikan padanya dengan lembut. Tidak seperti biasanya yang mendominasi.
Matanya terpejam kuat karena tidak ingin melihat pria yang berusaha memuaskannya ini. Berbanding terbalik dengan bibirnya yang terus mendesahkan nama Mark yang berada di atasnya.
Yang seolah menikmati perlakuan Mark yang menyetubuhinya. Sehingga tidak sadar waktu yang bergulir hingga mereka berdua melakukan pelepasan bersama.
Mark menjatuhkan tubuhnya di samping tubuh Y/n, dia menarik selimut menutupi tubuh polos mereka berdua. Kemudian memeluk Y/n dari belakang.
Tangan Mark tidak diam, dia membelai dada polos Y/, meremasnya kuat sampai wanita itu melenguh kembali.
"Jangan diteruskan, nanti kau ingin lagi," ucap Y/n yang sangat tahu Mark tidak mungkin puas dengan hanya satu kali permainan ranjang saja.
Mark tidak mempedulikan ucapan wanita itu. "Berbaliklah, aku ingin menghisapnya."
Ting!
Notifikasi pada ponsel Y/n membuat Mark menghentikan aktifitasnya. Terlebih lagi saat Y/n tak mengecek ponselnya dengan cepat. Dia curiga.
Merasa memiliki hak atas Y/n, dia bertanya seperti kekasih yang sedang cemburu, "siapa yang menghubungimu?"
Dan Y/n yang menganggap dirinya hanya sebatas pemuas nafsu Mark. Menjawab seolah tidak mempedulikan raut wajah Mark sekarang, "Jeon Jungkook. Komposer yang kutemui di kampus."
KAMU SEDANG MEMBACA
Stalker » Mark X You✔
FanfictionObsession Series Book 3 WARNING! Rating 22+ Rape, Mature, Angst 🚫Not Children *** "Aku menyukaimu. Bahkan sebelum kau menjadi bintang besar seperti sekarang." Y/n menelan ludah. Tak mungkin dia melupakan pria itu. Pria yang pernah menyewanya untuk...