Eps.19🐯

1.7K 90 5
                                    

Maaf menyinggungmu, tapi aku merasa dia itu tidak mencintaimu

Kekasihmu itu sepertinya cukup dingin ya

Kau bisa tahan ya punya hubungan dengan orang seperti itu

Dia tidak mau menyentuhmu. Karena yang dia cinta itu bukan kau, Y/n

Y/n menggelengkan pelan kepalanya. Tidak sekali dua kali, dia mendengar omongan orang yang tahu mengenai hubungannya dengan Jungkook, tentang kekasihnya yang sepertinya enggan menunjukan rasa cinta padanya.

Sebenarnya terselip rasa ragu jika kekasihnya memiliki cinta yang sama besarnya dengan yang dia berikan untuk pria itu. Tapi selama bertahun-tahun menjalin hubungan dengan Jungkook, Y/n mencoba mengubur pikiran buruk itu dengan beranggapaan kalau kekasihnya tidak mau Y/n mendapatkan rumor kencan dengan CEO sekaligus produser agensinya sendiri.

Tapi perkataan Mark, malam itu sungguh mengusiknya.

Membuatnya mencoba cara seperti jalang hanya untuk menggoda kekasihnya.

Dia diam-diam datang ke apartemen milik kekasihnya tanpa kekasihnya tahu.

Mereka sudah lama tidak berkomunikasi karena Y/n selalu mendiamkannya. Jadi agak canggung juga ijin bilang ke Jungkook jika dia ingin bermalam di sini.

"Lho, Y/n? Kenapa kau ada di sini?"

Mendengar suara kekasihnya, Y/n menaruh gelas berisi wine di atas meja, dia mengikat tali bath robes yang dipakainya untuk menutup sedikit tubuhnya yang mengenakan lingerie.

Y/n tidak pernah begini sebelumnya. Dia malu, sungguh. Apa lagi setelah melihat ekspresi terkejut sekaligus bingung yang kekasihnya itu tunjukan.

"Ada apa denganmu?"

"Kau sudah pulang, Oppa?"

Y/n tidak mengidahkan pertanyaan Jungkook, dia mencoba menyampingkan rasa malunya. Y/n mengalungkan tangannya pada leher kekasihnya.

Jungkook menengok sedikit ke bangku yang tadi di duduki Y/n, melihat ada botol wine di sana. "Kau mabuk, sayang. Biar aku belikan pereda mabuk."

"Tidak. Aku tidak butuh itu." Y/n mengeratkan pelukannya, "aku hanya membutuhkan mu malam ini."

"Kau sungguh mabuk, Y/n."

Y/n melepaskan tali yang melingkari pinggangnya, sengaja membuat bath robes itu terlepas dari tubuhnya sehingga hanya mengenakan lingerie saja.

"Aku tidak mabuk," Y/n mencoba meyakinkan, "aku ingin melakukannya denganmu, Oppa. Aku mengatakan ini dengan kesadaran penuh."

"Kita sudah pernah membahas ini, Y/n. Aku tidak akan menyentuhmu sebelum kita terikat pernikahan."

"Tapi hubungan kita sudah lama sekali, Oppa. Aku juga tidak masalah jika melakukannya sekarang." Y/n mendesak.

Tapi semakin wanita itu mendesak, semakin pula kekasihnya kekeh dengan pendiriannya. "Kau berharga untukku. Aku tidak akan melakukan hal brengsek seperti yang pria itu lakukan untukmu."

"Ini beda. Kau mendapat persetujuanku."

Jungkook memalingkan wajahnya, berusaha tidak melihat tubuh Y/n yang terekspos. Dia mengambil bath robes yang berada di kaki kekasihnya.

Saat ingin memakaikannya pada tubuh Y/n. Wanita itu dengan cepat mencium Jungkook.

Mata pria itu terbelalak dengan perlakuan tiba—tiba kekasihnya. Terlebih saat tangan Y/n menyingkirkan bath robes yang dipegang Jungkook. Kemudian tangan Y/n mengarahkan tangan Jungkook untuk menyentuh bagian tubuhnya sambil wanita itu terus menciumnya.

Y/n tidak tahu di mana letak harga dirinya sekarang. Padahal Mark melakukan hal gila hanya untuk bisa menyentuhnya, tapi jika dengan Jungkook dia menurunkan harga dirinya memaksa kekasihnya itu menyentuhnya.

Namun meski sudah menurunkan harga dirinya. Dia tetap mendapatkan penolakan dari Jungkook.

Membuat kata-kata yang Mark lontarkan padanya kembali berputar seperti radio rusak.

'Dia tidak mau menyentuhmu, karena yang dia cinta itu bukan kau, Y/n.'

Tenaga Y/n yang tidak sebesar itu untuk menahan Jungkook. Mudah bagi Jungkook melepaskan ciuman mereka dan menjauhkan tubuh Y/n darinya walau hanya beberapa jarak saja.

Selepas ciuman mereka. Jungkook langsung memakaikan bath robes kembali di tubuh Y/n, menutup semua bagian tubuh Y/n yang terlihat.

"Kau... tidak mau melakukannya karena aku sudah pernah dengan pria lain 'kan?" Pikiran buruk yang lain terus masuk dalam otaknya.

Jungkook menggeleng. Dia memeluk tubuh mungil tersebut. "Jangan berpikiran seperti itu. Aku menghargaimu sebagai kekasihku. Makanya aku tidak mau melakukannya. Toh aku bisa menyentuhmu setelah kita menikah."

"Menikah?" Y/n tertawa sarkastik, "hubungan kita sudah selama ini saja. Kau tidak pernah mengenalkanku pada keluargamu. Bagaimana aku bisa yakin jika di masa depan kau akan menikahiku?"

***

"Aku sudah lihat hasil fotonya. Itu sangat bagus. Nanti akan aku buatkan moment yang lebih mendukung lagi sebelum kau membuat berita aku kencan dengan Song Y/n."

"Uhuk!"

Mark melirik sekilas pria di depannya yang terbatuk setelah mendengar ucapannya. Mark menutup panggilan telepon tersebut sebelum berkata, "kau baik-baik saja, Chenle?" Mark memberikan tisu.

"Aku baik-baik saja sampai mendengar ucapanmu itu," balas Chenle, "kukira setelah bertahun-tahun lamanya kau sudah berhenti mengejar wanita itu. Ternyata masih."

"Kata siapa aku berhenti mengejarnya?"

Chenle mengedikan bahu. "Habisnya Jaemin tidak pernah membicarakan soal itu lagi. Aku kira kau sudah tidak tertarik dengan idol itu."

Mark berdecak. "Itu karena belakangan ini Jaemin hanya membicarakan pertumbuhan anaknya Yena saja. Dia sedang berperan sebagai ayah pengganti yang baik. Tak jauh beda dengan Jisung yang tidak ingat temannya setelah menikah."

"Jaemin mencoba menjali kehidupannya dengan normal. Dan Jisung memang dari awal hidupnya normal." Chenle kembali meminum sisa kopi yang ada di cangkirnya. "Jadi, karena Jaemin sudah sibuk dengan kehidupannya, kau jadi ingin mencari teman akrab yang lain?"

"Tidak aku tidak membutuhkan itu. Lebih tepatnya sekarang ini aku sedang membutuhkanmu."

Chenle menghela napas panjang. "Kau butuh apa dariku? Kalau kau melibatkan orang yang tidak waras seperti Renjun. Aku tidak mau ikut campur."

"Tidak," Mark terkekeh pelan, "aku tidak punya saingan sama sekali dalam mendapatkan wanita ini. Hanya saja, wanita yang aku hadapi ini keras kepala sekali."

"Aku paham bagaimana rasanya," gumam Chenle seraya mengangguk, "lantas apa yang kau butuhkan dariku?"

"Aku mau tanya. Kapan Haechan berencana mengambil tunangan Renjun itu?"

Chenle terbelalak. Spontan yang dia pikirkan adalah, "kau tidak ada niat untuk kembali memperebutkan satu wanita itu 'kan?"

Mark menggeleng. "Tentu saja tidak. Kau tahu aku tidak mencintai wanita itu lagi. Aku hanya mau tahu saja, kapan Haechan berencana membawa kabur tunangan Renjun?"

"Saat hari pernikahan wanita itu dengan Renjun," balas Chenle, "kalau kau tidak lagi menyukainya, kenapa kau menanyakan hal itu?"

"Kau ingat tidak wanita itu punya kakak tiri?"

Chenle tampak berpikir, kemudian mengangguk. "Ah iya, kalau tidak salah kakak tirinya pemilik agensi besar."

"Kakak tiri dari wanita itu punya kekasih. Kekasihnya itu adalah wanita yang aku incar selama ini. Aku ingin mengambil wanita itu di waktu yang tepat."

"Jangan bilang kau juga akan membawanya ke Reykjavik."

"Tidak. Aku akan membawanya ke Canada."

Chenle yang mendengarnya cukup shock. Dia memijat pelan keningnya seraya bergumam, "kenapa teman-teman di sekitarku menjadi tidak waras ketika beruras dengan seorang wanita?"

Stalker » Mark X You✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang