Eps.47🐯

1.3K 101 37
                                    

                "Jadi kau memilih Eric dari pada aku, Sarang?" tanya Yohan dengan nada tak percaya seraya menunjuk Sarang dan Eric bergantian.

Andy menepis tangan Yohan. "Harusnya aku yang berkata begitu. Kau tidak ada apa-apanya dibandingkan aku."

Eric melipat tangan di depan dada, pria yang biasanya berekspresi datar itu kini menatap tak suka keduanya. "Kenapa kalian ada di sini, sih? Masih tidak terima kalau aku yang disetujui keluarga Sarang?"

Sarang mengacak rambutnya frustasi, melirik tajam ketiga pria yang duduk di hadapannya.

Dia mulai bertanya pada Yohan. "Bukannya beberapa hari lalu kau bilang ingin ke Moscow?"

Yohan menggeleng. "Aku sengaja batalkan agar bisa bertemu denganmu."

Pandangan Sarang beralih ke Andy. "Dan kau, Andy. Bukannya hari ini kelulusan Anna?"

"Adikku belakangan, aku bertemu dengannya setiap hari. Kalau kau 'kan, sulit aku temui."

Sarang mengibaskan tangannya, lelah berdebat dengan ketiganya. "Sudahlah terserah kalian saja. Tapi Eric, kenapa kita ke sini? Appa ku menyuruhmu mengajakku jalan-jalan 'kan."

"Ah itu, teman kita yang lain baru datang ke Korea juga. Kau belum mengenalnya jadi sekalian saja aku kenalkan. Dia anak dari teman-teman orangtua kita juga," sahut Eric.

Yohan menimpali, "apa yang kau maksud itu Helios? Dia tidak memberitahuku kalau akan datang ke Korea."

Andy menatap bingung Sarang dan Eric, "lho? Sarang belum mengenal Helios?"

Sarang mengedikan bahunya. "Siapa itu Helios? Kenapa aku harus mengenalnya?"

"Helios itu 'kan sepupumu. Ibunya Helios itu kembarannya ibumu, dan pamannya Helios itu ternyata mantan kekasih ibumu, Sarang."

"Hah?!"

Kaget ketiganya. Mungkin diantara mereka hanya Andy yang tahu ini.

Sarang sendiri memang hanya tahu kerabat dari keluarga ayahnya, dia tidak pernah tahu mengenai keluarga ibunya. Pernah Sarang bertanya mengenai keluarga ibunya, tapi ibunya menjawab semua keluarganya sudah meninggal dan setelah menikah dengan ayahnya, ibunya ikut ayahnya menetap di Canada.

"Kau tahu dari mana?" Yohan yang penasaran bertanya mewakilkan Sarang.

"Melihat Sarang yang terkejut sepertinya Sarang juga tidak tahu ini." Eric menimpali.

"Aku tahu ini setelah menguping pembicaraan orangtuaku," balas Andy, "katanya -! Oh? Helios!"

Andy menghentikan ucapannya, dia melambaikan tangan ke pintu masuk.

Sarang menengok mengikuti arah pandangan Andy.

Seorang pria yang mungkin seumuran mereka menyambut sapaan Andy. Dia menghampiri mereka, dan belakangnya diikuti pria lain yang sepertinya umurnya tidak begitu jauh dari orangtua Sarang.

Pria itu menyapanya dengan menyebutkan nama, begitu pun Sarang.

Ketika Sarang ingin bersalaman dengan orang dibelakang Helios. Orang itu tampak menatap dalam Sarang.

"Um... paman? Baik-baik saja?" tanya Sarang kebingungan.

"I-iya," pria itu tersenyum kecil, dia menepuk bahu Helios memberitahu Helios jika pergi duluan untuk menemui orangtua Helios.

Helios duduk di samping Sarang.

Karena perkataan Andy dan melihat ekpresi dari paman tadi, Sarang jadi mempercayai sedikit perkataan Andy.

Tahu tidak mungkin membahas yang sensitive di saat seperti ini. Mereka paham untuk tidak melanjutkan obrolan sebelumnya di depan Helios.

Tapi Sarang yang penasaran dan tidak tahu apa-apa mengenai keluarga Helios, bertanya tanpa ragu.

"Helios, apa kau pernah dengar dari ibumu kalau ibuku dan ibumu itu kembar?"

Ketiga pria di depan mereka membelalakan mata. Yohan yang duduk persis di depan Sarang ingin menyenggol kaki Sarang agar mengurungkan pertanyaan itu.

Namun Helios lebih dulu menjawab dengan senyum kecil di wajahnya. "Sepertinya pernah tapi entahlah, aku tidak pernah menanggapi serius perkataan ibuku sejak aku tahu ibuku terkena skizofrenia."

***

Mark membawa selimut di tangannya, melihat Y/n yang duduk di dekat perapian seraya mendengarkan lagu dari album miliknya sendiri, dia mendekati istrinya itu dan memakaikan selimut tersebut dipundak Y/n.

"Terimakasih, sayang," ujarnya.

Mark duduk di sebelah Y/n, dia menarik kepala Y/n agar bersandar di bahunya. Dia mengecup sekilas kening istrinya.

Mark membuka ponselnya yang menampilkan room chat dengan anak perempuannya.

"Y/n, apa aku perlu menyuruh orang untuk menjemput Sarang? Dia tidak menjawab pesanku dari tadi."

"Tidak perlu," balas Y/n, "ini baru jam 7 malam. Sudah kubilang jangan terlalu mengekang Sarang. Dia bisa menjaga diri baik-baik dan anak dari teman-temanmu itu juga baik. Sifat ayah mereka tidak ada yang menurun ke mereka."

Y/n tahu suaminya ini menakuti satu hal yang lebih kompleks dari pada perihal Sarang. Tapi Y/n tidak ingin membahasnya dan membuat suaminya kepikiran.

Y/n mengusap punggung tangan Mark. "Sarang sudah menghubungiku lebih dulu. Dia janji tidak akan pulang lebih dari jam 8 malam, sepertinya sebentar lagi dia akan sampai rumah."

Mark mengangguk patuh. "Baiklah."

Benar saja, belum lama mereka membicarakan Sarang, anak itu sudah datang ke ruang tengah ikut berkumpul bersama orangtuanya tanpa berganti pakaian lebih dulu.

"Tuh 'kan Sarang sudah pulang," bisik Y/n. "Nah Sarang, bagaimana jalan-jalan mu tadi?"

Sarang menyandarkan tubuh di sofa. Matanya menatap ke langit-langit, tidak melihat orangtuanya. "Biasa saja, eomma. Aku inginnya jalan-jalan dengan eomma dan appa, tapi malah dengan Eric. Itu sangat menyebalkan, apa lagi Yohan dan Andy juga ikut."

Y/n tertawa pelan. "Tidak apa-apa Sarang. 'Kan hanya sesekali."

Mark menunjukan tanggapan yang berbeda. "Mereka tidak ada yang macam-macam denganmu 'kan?"

"Appa 'kan sudah menyuruhku les segala macam beladiri dari sejak aku kecil. Bahkan aku sampai menang beberapa kejuaran, tidak mungkin aku tidak bisa menjaga diri."

"Ah, iya juga sih." Tetap saja Mark merasa khawatir.

"Oh iya, aku berkenalan dengan teman baru. Katanya dia juga anak dari teman appa." Sarang menegakan tubuhnya, kali ini dia baru menatap orangtuanya bergantian, "namanya Helios. Dan dia juga datang bersama pamannya."

"Kau berkenalan dengan mereka, Sarang?" tanya Mark, pegangan tangan Mark pada istrinya semakin menguat.

Terutama ketika Sarang menjawab. "Aku hanya berkenalan dengan Helios, tadi paman Helios buru-buru. Jadi aku tidak berkenalan dengannya, tapi aku tanya nama paman itu ke Helios. Namanya Jeon Jungkook."

Mark dan Y/n sama-sama diam.

Mark memperhatikan perubahan ekspresi istrinya yang sepertinya tenggelam dalam pikirannya sendiri. Sementara mereka berdua tidak sadar, anak mereka pun memperhatikan mereka.

"Appa lupa sesuatu. Asisten appa menelepon, sepertinya tidak lama lagi kita akan kembali ke Canada. Kita tidak bisa seminggu penuh di sini," ucap Mark, "tidak apa-apa 'kan?"

Sarang tidak langsung menjawab, dia malah menimpali ini ke ibunya. "Kalau eomma sendiri bagaimana? Tidak apa-apa? Eomma 'kan sudah lama tidak ke Korea."

Y/n mengangguk canggung. "Tentu saja tidak apa-apa. Eomma juga tidak terlalu ingin ke Korea. Ini 'kan karena appa mu yang mengajak eomma ke Korea. Jadi tidak masalah kita pulang lebih cepat dari jadwal seharusnya."

Mark bernapas lega mendengarnya.

Sarang yang merasakan ponselnya bergetar di saku roknya, segera memeriksanya dan mendapatkan ada satu pesan masuk.

Helios : Besok aku ada di pemakaman. Kita bertemu di sana saja

Stalker » Mark X You✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang