Yohan memarkirkan mobilnya di depan pemakaman, dengan gerakan verbal dia berkata akan menunggu di sini sampai Sarang selesai dengan Helios.
"Eh tunggu, Sarang."
Yohan menahan tangannya, namun secepat mungkin Sarang tepis. "Kau mati kalau menyentuhku lagi."
"Maaf." Yohan terkekeh. "Aku hanya mau bilang jangan lama-lama."
Sarang mendesis. "Kalau begitu kenapa kau ikut ke sini?"
"Biasanya aku yang menemani Helios ke sini. Tapi untuk tahun ini, aku titip salam untuknya saja."
"Ya sudah tunggu sebentar."
Sarang sudah menyiapkan berbagai alasan kenapa dirinya harus keluar sendirian hari ini tanpa diketahui orangtuanya bahwa dia ingin menemui Helios. Tapi malam sebelum pergi, dia mendapatkan pesan dari Yohan yang menawarkan diri mengantarnya untuk bertemu Helios. Sarang sempat mengira Helios yang memberitahu ke Yohan, namun Helios bilang dia tidak memberitahu mengenai pertemuan mereka hari ini pada siapa pun.
Mendengar perkataan Yohan sebelumnya, Sarang menebak ada suatu hal antara mereka yang hanya mereka berdua ketahui saja.
Sarang yang tahu tiap detail masalah keluarga Yohan dibalik sikap konyol pria itu. Sedikit berharap, Helios tidak memiliki masalah pelik yang sama menyangkut tentang keluarga.
"Oh? Kau sudah datang dari tadi Sarang?" tanya Helios.
"Baru saja." Sarang membawa bunga atas usulan Yohan. Meski canggung dia tetap menaruh bunga tersebut di atas makam yang bernama Lee Haechan itu. Dia yang tidak begitu mengenal Helios berkata, "turut berduka cita untuk ayahmu."
Helios menutup mulutnya, dia mendengus. "Dia bukan ayahku, Sarang."
Sarang langsung salah tingkah, sama seperti ketika Helios berkata mengenai kondisi ibunya.
"Dia adalah pria yang dicintai ibuku, sejak dulu, bahkan mungkin seumur hidup ibuku," jelas Helios, "jadi... kau bisa menebakkan kenapa aku lebih dekat dengan Yohan dari pada Andy dan Eric? Karena ayah kami sama gilanya."
Sarang yang tadinya bersimpuh ketika menaruh bunga, kini berdiri di samping Yohan. "Apa kau datang ke sini karena terbawa perasaan bersalah yang dilakukan ayahmu?"
"Lebih dari itu, Sarang. Aku juga merasa bersalah pada ibuku."
Pandangan Helios tertuju pada tiga bucket bunga yang terletak di sana. Salah satu diantaranya adalah yang dibawa ayahnya yang lebih dulu datang ke sini.
"Setiap hari aku merasa lebih baik tidak dilahirkan, sebab semakin aku beranjak dewasa, semakin aku memiliki perawakan yang sama persis dengan ayahku dan ibuku takut melihatku karena aku mirip dengan ayahku. Aku... dari kecil selalu bertanya-tanya mengapa ibuku memanggil ayahku dengan nama yang berbeda, akhirnya menemukan sendiri alasan dibalik itu semua."
Sarang mati-matian untuk menyembunyikan keterkejutannya setelah mendengar dengan rinci penuturan Helios yang mungkin juga diketahui Yohan sebagai temannya yang paling dekat.
Sekarang Sarang tahu, kenapa ayahnya melarangnya untuk dekat dengan anak dari teman-teman ayahnya tanpa terkecuali. Semua orangtua mereka menikah dengan cara gila.
Mungkin pengecualian Andy. Ayahnya pun tidak terlalu melarangnya dekat dengan Andy. Tapi sangat melarangnya dekat dengan Yohan.
"Bagian paling brengseknya di sini. Aku tidak bisa seberani Yohan," Helios berkata dengan pelan, namun masih dapat Sarang dengar, "melihat ayahku yang sangat mencintai ibuku walaupun membuat ibuku gila. Aku tidak bisa memisahkan mereka karena aku tidak ingin memiliki keluarga yang tidak utuh meski mungkin saja aku memang melawan ayahku untuk membebaskan ibuku."
KAMU SEDANG MEMBACA
Stalker » Mark X You✔
FanfictionObsession Series Book 3 WARNING! Rating 22+ Rape, Mature, Angst 🚫Not Children *** "Aku menyukaimu. Bahkan sebelum kau menjadi bintang besar seperti sekarang." Y/n menelan ludah. Tak mungkin dia melupakan pria itu. Pria yang pernah menyewanya untuk...