"Kau pulang lebih cepat dari pada perkiraan eomma, Sarang."
Wanita yang kemarin berusia genap 20 tahun itu, berbaring di sofa menjadikan pangkuan ibunya sebagai bantalan.
Sarang meletakan tangan ibunya dikepalanya. Y/n mengusap rambut panjang anaknya itu.
"Aku hanya mengantar tiga pria menyebalkan itu ke bandara, tidak akan memakan waktu lama eomma. Lagi pula, appa 'kan tidak begitu suka aku berteman dengan mereka."
"Kau sepertinya kesal dengan appa mu yang melarang untuk terlalu dekat dengan mereka," Y/n terkikik geli, "apa ada salah satu dari mereka yang kau sukai?"
"Sama sekali tidak ada yang aku suka. Kalau bukan karena wajah dan uang mereka, aku yakin tidak akan ada wanita yang menyukai mereka," Sarang bergidik mendengarnya, "Yohan selalu merasa bisa memiliki segalanya karena uang yang dia punya, Eric yang bilang menyukaiku tapi dia sifatnya yang terlalu dingin sampai aku meragukannya, sementara Andy... ah aku benci sifat percaya dirinya yang berlebihan karena wajahnya itu."
"Tapi mereka sangat baik padamu 'kan? Tak peduli seberapa mereka menyukaimu, mereka tetap punya batasan ketika kau tidak membalas perasaan mereka."
"Iya sih," gumam Sarang, "tapi tetap saja aku tidak suka usaha mereka yang terlalu barbar supaya aku menyukai mereka. Intinya tidak ada yang aku suka diantara mereka."
"Padahal kalau kau menyukai salah satu dari mereka. Appa mu bisa membantu menjodohkanmu dengan mereka."
"Aku tidak mau, dan appa juga pasti tidak setuju eomma," pekik Sarang.
Sarang mulai menyesali dirinya saat masih kecil yang merengek pada ayahnya untuk ikut ke Korea sehingga Sarang bertemu dengan Yohan, Eric dan juga Andy, temannya sejak kecil, di mana para pria itu adalah anak dari teman-teman ayahnya.
Tiba-tiba, terlintas saja sebuah pertanyaan yang tidak pernah dia tanyakan sebelumnya.
"Eomma, sebelum bertemu appa, pernahkah menyukai pria lain?"
"Eh?" Y/n sedikit terkejut dengan pertanyaan itu. Kemudian dia mengangguk canggung, "bohong kalau eomma bilang tidak pernah."
"Wah..." Sarang bangun dari pangkuan ibunya, dia menatap ibunya penasaran, "siapa pria yang menjadi cinta pertama eomma?"
Y/n tersenyum ketika menjawab, "pria baik yang pernah eomma temui waktu itu."
Dia sudah tidak memiliki perasaan yang sama, namun moment relapse muncul begitu saja ketika berbicara tentang pria yang sudah tidak pernah dia temui lebih dari 20 tahun lamanya.
Apa kabarnya? Bagaimana kehidupannya sekarang? Apa pria itu sudah memiliki keluarga kecil sepertinya?
Banyaknya pertanyaan itu membuat Y/n tidak bisa mendeskripsikan lebih lanjut mengenai pertanyaan yang anaknya lontarkan.
"Apa pria itu tinggal di Korea, makanya eomma tidak mau kembali ke Korea lagi?"
Y/n meringis mendengarnya. "Sebenarnya ada hal lain yang membuat eomma tidak kembali ke Korea, salah satunya bukan itu."
"Apa eomma masih menyukai pria itu?"
"Tentu saja tidak," Y/n terkekeh pelan, "kau tahu sendiri eomma sangat mencintai appa mu, Sarang. Namun... tiap manusia itu punya satu nama yang disimpan dalam memori yang tidak akan bisa dilupakannya seumur hidup."
Sarang yang tidak setuju pun membalas. "Kalau eomma tidak lagi mencintainya kenapa eomma tidak bisa melupakannya?"
"Sarang, akan ada satu orang yang tidak akan bisa dilupakan selamanya, bukan karena ingin kembali lagi bersamanya atau masih mencintainya. Tapi... entah kenapa kenangannya itu sangat membekas."
KAMU SEDANG MEMBACA
Stalker » Mark X You✔
FanficObsession Series Book 3 WARNING! Rating 22+ Rape, Mature, Angst 🚫Not Children *** "Aku menyukaimu. Bahkan sebelum kau menjadi bintang besar seperti sekarang." Y/n menelan ludah. Tak mungkin dia melupakan pria itu. Pria yang pernah menyewanya untuk...