Long island iced tea.
Minuman dengan kadar alcohol tinggi yang paling nikmat diminum ketika ingin memaksakan diri melupakan sesuatu meski hanya satu malam.
Ini sudah gelas ketiga... atau mungkin kelima? Pria berusia 29 tahun itu lupa, yang dia ingat tiap kali gelasnya kosong, dia meminta barterder membuatkannya lagi.
"Itu adalah gelasmu yang keenam, hyung." Jaemin menghela napas pelan, dia mengambil gelas kosong itu dari tangan Mark. "Kau sendiri yang minta ikut datang ke acara tunangan Renjun dan gadis incaranmu itu. Tapi kau sendiri yang malah kesetanan tak terima dengan fakta yang ada."
"Setelah putus dengan Haechan, aku kira akan lebih mudah mendapatkannya. Ternyata Renjun diam-diam juga mengincarnya. Padahal aku adalah tetangga dan teman gadis itu sejak kecil."
"Hyung." Jaemin menepuk pundak Mark, membuat pria yang satu tahun lebih tua dari Jaemin itu menoleh, "kau tidak berniat memperkosanya dan menjadikannya milikmu kan?"
Mark menggeleng. Sama sekali tidak terpikirkan hal itu. "Keluargaku masih di bawah keluarga Renjun dan Haechan, aku tidak segila itu untuk mengusik mereka."
"Jadi kalau sebanding, mungkin kau akan melakukan hal itu?"
Mark mengedikan bahu.
"Sial. Kau tidak beda jauh dengan pria brengsek yang ku kenal, hyung," umpat Jaemin.
Mark tampak masa bodo dengan omongan Jaemin.
"Tapi tadi dia cantik sekali di pesta pertunangannya dengan Renjun. Dan sialnya mereka sangat serasi."
"Iya sih, mereka serasi," ujar Jaemin mengiyakan.
"Tuh kan. Rasanya aku tidak mungkin lagi mendapatkannya."
"Kalau begitu segeralah move on."
Mark menaikan alis menatap Jaemin. "Aku tak menyangka mendapatkan nasihat seperti itu dari pria yang masih belum melupakan mantan kekasihnya sejak SMA."
Jaemin mendengus kasar, merasa kesal. "Kau 'kan tidak pernah memilikinya. Barang kali kau jadi lebih cepat melupakannya."
"Bagaimana caranya?"
Jaemin menunjuk para wanita yang tengah berada di dance floor, "mungkin salah satu dari mereka. Sejak tadi mereka memperhatikan kita."
Mark tidak fokus pada arah tunjuk Jaemin, entah karena mabuk atau karena seorang waitress yang melewati dance floor sekilas itu lebih menarik sehingga pandangan Mark tak bisa lepas darinya.
"Aku mau tidur dengan waitress itu."
Jaemin yang tengah menghabiskan long island iced tea milik Mark, jadi tersedak mendengar ucapan Mark. Terlebih ketika dia mengikuti arah pandang pria yang dulu menjadi seniornya di kampus.
"He-heh... Aku bercanda, hyung."
Jaemin menyesali ucapannya yang sembarangan itu. Sungguh diantara dirinya, Renjun, Haechan dan Chenle. Hanya Chenle saja yang hobinya memainkan perempuan. Dia hanya berkata asal karena dia kira Mark tidak mungkin menanggapi saran gilanya.
Ternyata Mark lebih gila dari dugaannya.
"Dia mirip dengan wanita yang aku sukai. Aku menginginkannya." Mark menaikan sudut bibirnya, dia beranjak dari kursi yang dia duduki di bar.
"Hyung," panggil Jaemin saat Mark mulai melangkah dan sepertinya ingin mendekati waitress itu, "Mark sunbae-nim!"
Jaemin jadi ikut beranjak berjalan di belakang Mark dan terus memanggil pria kelahiran Canada itu, tapi sepertinya percuma karena Mark tengah berada di bawah pengaruh alcohol.
"Hei, kau!"
Usaha Jaemin sia-sia. Terlambat. Mark memegang pundak wanita itu, dan wanita itu kini tampak kebingungan.
Pasti setelah sadar dari mabuk, Mark akan menyesali kelakuannya ini.
"Ada yang bisa saya bantu, tuan?" tanyanya mencoba ramah.
"Iya, aku butuh bantuanmu," balas Mark, "aku butuh kau malam ini, puaskan aku dengan tubuhmu dan aku akan bayar berkali-kali lipat lebih mahal dari gajimu di sini."
Jaemin menepuk dahinya mendengar bantuan konyol yang Mark ucapkan dengan wajah memerah karena mabuk dan senyum lebar seolah ucapannya adalah hal yang benar.
Wanita itu membelalak. Dan mungkin karena sedang bekerja dia mengepalkan tangannya menahan pukulan untuk pria kurang ajar di depannya ini.
"Kalau tidak ada yang mau dibicarakan. Saya tinggal dulu ya tuan."
Wanita itu menunduk dan membalikkan badan, hendak mengambil langkah besar menjauhi Mark.
Tangan Mark menahan wanita yang bahkan tidak dia ketahui namanya itu.
"Ayo tidur denganku," ucapnya tanpa beban.
Wanita itu mendelik berusaha melepaskan genggaman tangan Mark.
"Hyung, jangan ganggu dia."
Jaemin ikut menarik Mark. Adegan tarik menarik itu cukup menjadi perhatian beberapa orang yang tak jauh dari mereka.
Demi apa pun, Jaemin menyesali dirinya yang ikut campur urusan Mark. Karena dengan begini, sama saja baginya mempermalukan dirinya sendiri.
"Aku tidak akan melepaskan mu sampai kau mau tidur denganku," desak Mark tidak tahu diri.
"Aku tidak mau."
"Jangan sok suci. Kau paling tidak beda jauh dengan para wanita yang ada di sini. Kau akan mendapatkan apa pun yang kau mau setelah memuaskanku di ranjang. Saling menguntungkan bukan? "
Emosi wanita itu tampak tak terbendung lagi. Dia menepis kasar tangan Mark, dan dengan tangan tersebut pula dia menampar Mark. Seakan tidak peduli jika ini masih jam kerjanya sebagai waitress.
PLAK!
"Kenapa anda mengatakan hal menjijikan seperti itu?!" teriak wanita itu tanpa mempedulikan pandangan sekitarnya. "Ingat ya tuan yang namanya sama sekali tidak aku ketahui. Aku tidak akan pernah mau tidur dengan anda!"
Tanpa mendengarkan balasan dari Mark. Waitress itu beranjak pergi dengan langkah cepat sampai mata Mark tidak lagi melihatnya.
Bukannya kesal Mark malah tertawa dan mengusap pipi kanannya yang ditampar.
"Jaemin. Kenalkan aku dengan detective yang kau sewa untuk menyelidiki tentang mantan kekasih mu itu."
Jaemin menelan ludah. Merasakan sebuah firasat tidak enak. Firasat yang ditunjukan pada wanita tadi. "Untuk...apa, hyung?" tanya Jaemin terbata.
"Aku ingin cari tahu tentang wanita itu," jawab Mark, "Dengan yang statusnya sebagai waitress di sini, pasti dia berasal dari keluarga biasa, yang tidak sebanding denganku. Pasti mudah menyelidikinya."
"Hyung mau melakuka apa? Masih berniat tidur dengannya?" tanya Jaemin asal.
"Iya. Aku ingin mematahkan ucapannya sendiri."
Dan Jaemin kembali menyesali omongannya yang asal ucap itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Stalker » Mark X You✔
Fiksi PenggemarObsession Series Book 3 WARNING! Rating 22+ Rape, Mature, Angst 🚫Not Children *** "Aku menyukaimu. Bahkan sebelum kau menjadi bintang besar seperti sekarang." Y/n menelan ludah. Tak mungkin dia melupakan pria itu. Pria yang pernah menyewanya untuk...