Eps.41🐯

1.6K 121 26
                                    

                Y/n tersentak, begitu dia membuka mata yang di lihatnya adalah ruangan asing ayng terdapat beberapa alat medis. Kembali memutar kejadian sebelumnya, yang diingatnya adalah dia tengah berada di jalan sambil memeluk suaminya yang terbaring di jalan karena terserempet mobil.

Y/n melihat ke sekelilingnya dia hanya sendiri diruangan ini yang entah di mana. Y/n memegang perutnya yang syukurlah sudah tidak terasa sakit lagi. Dia mengambil infusan yang terhubung dengan tangannya, membawa infusan itu sebelum keluar dari ruangan ini.

Begitu keluar dari ruangan Y/n langsung menghampiri petugas rumah sakit dan bertanya di mana korban kecelakaan yang datang bersamanya.

Petugas itu kebingungan melihat Y/n, dan menyuruh Y/n kembali ke ruangan. Tapi Y/n yang keras kepala memaksa petugas itu untuk memberitahunya.

Y/n langsung berjalan cepat menuju tempat yang diberitahu olehnya itu.

Sepanjang perjalanan Y/n membuat kegaduhan karena banyak perawat yang panik melihatnya setengah berlari sambil membawa infus apa lagi pakaiannya masih terdapat bercak darah.

Namun saat sampai di ruangan yang disebutkan, Y/n terdiam.

"Ti-tidak," suaranya tercekat.

Yang dilihatnya pertama kali adalah sosok yang sudah tertutupi kain putih dari ujung kaki hingga ujung kepala, lengkap dengan bercak darah dibagian kepala.

Pikirannya berkecemuk, mengenai hal terburuk yang diyakininya ini kenyataan yang ada. Yang tidak pernah sama sekali terpikirkan olehnya, yang sama sekali tidak siap untuk dihadapinya. Kematian suaminya, Mark.

Y/n bersimpuh dengan lututnya, dia tak sanggup berdiri lagi kala tangannya meremas tangan dingin itu. Y/n yakin, jika Mark masih ada, pasti pria itu bahagia karena Y/n mau dengan sukarela menyentuh pria itu tanpa ada paksaan seperti biasanya.

"Bangun, suamiku... kumohon bangunlah."

Air mata yang tadinya mengembang di pelupuk, kini mengalir kembali dengan deras seperti saat dirinya tengah memeluk Mark di jalan. Y/n menangis. Ini pertama kalinya dia menangisi pria yang sudah berstatus sebagai suaminya yang selama ini dianggapnya sebagai pengganggu kehidupannya.

"Aku mencintaimu. Kumohon jangan tinggalkan aku. A-aku... baru menyadari kalau aku mencintaimu."

Genggaman tangannya semakin menguat tak mau dilepaskan lagi meski beberapa petugas datang sepertinya ingin membawa jasad ini.

"Tidak! Jangan bawa suamiku! Dia pasti akan bangun sebentar lagi!"

Y/n menepis tangan para petugas itu, membuat kehebohan yang lebih parah karena teriakan yang tidak terima dengan kematian suaminya.

"Y/n! Kapan kau menikah dengan pria lain selain aku?!"

Y/n termangu mendengar suara pria yang amat dikenalnya itu.

Dia segera menoleh ke sumber suara yang berada di belakangnya. Tangisannya langsung teredam begitu saja, tergantikan oleh ekspresi tercengang melihat Mark yang duduk di kursi roda dengan ibunya yang mendorong kursi roda.

Petugas yang dari tadi mengejar dan adu mulut dengan Y/n, terlihat kesal dengannya dan berkata, "bisa kubawa orang yang ternyata bukan suamimu ini, nyonya?"

"Eh? I-iya."

Y/n langsung melepaskan genggaman tangannya pada jasad yang entah siapa itu. Dia mengusap tengkuknya canggung, berkali-kali membungkukan tubuh sebagai permintaan maaf karena membuat kehebohan di rumah sakit, dan permintaan maafnya itu juga diwakili oleh suaminya dan ibu mertuanya.

Stalker » Mark X You✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang