3

261 38 2
                                    

"Aturan pertama untuk menikmati hidup adalah, tetap tersenyum walaupun dalam keadaan miskin."

Setidaknya itulah yang Junkyu tanamkan dalam pikirannya meskipun sekarang ia sedang kebingungan bagaimana cara makan tanpa menggunakan uang.

"Tidak lucu jika aku kembali untuk minta uang pada ayah," rutuk Junkyu sambil terus mengelus perutnya yang mulai keroncongan. "Kim Junkyu, kau ini Putra Mahkota atau bukan? Apa yang kau lakukan selama ini? Kenapa rakyatmu saja tidak mengenalimu?"

Junkyu menggeleng tidak habis pikir. Ternyata dia se tertutup itu hingga rakyatnya sendiri tidak mengenali siapa dirinya. Andai mereka tau dia siapa, maka tidak perlu uang, mereka akan dengan senang hati memberi seluruh makanan itu untuk Junkyu yang merupakan Putra Mahkota mereka.

Ia berjalan melewati pasar yang lumayan ramai di pagi hari. Terlalu banyak penjual makanan dan pernak-pernik di sana yang terus menawarkan dirinya untuk membeli dagangan mereka. Jika saja sekarang ia memiliki uang sudah pasti semua dagangan di sana akan Junkyu borong dengan senang hati.

Di tengah keramaian pasar, langkah Junkyu melambat saat melihat seorang pria tua sedang dikeroyok oleh sekelompok orang. Yang membuat ia semakin kesal adalah orang di sekitar sana bertingkah seolah tidak ada yang terjadi.

"Jangan terlalu dilihat, hal itu sudah biasa. Mereka adalah tuan tanah di sini," ucap salah seorang warga saat melihat Junkyu yang terus menatap kejadian di depan sana.

"Tuan tanah apanya, seluruh wilayah di sini adalah kekuasaan Kerajaan Lunar," balas Junkyu tidak terima. Ia dengan mantap menghampiri sekelompok orang itu. Sebagai calon Raja nantinya, ia tidak mungkin diam saja.

"Sepuluh lawan satu, bukankah kalian terlalu cupu?"  teriak Junkyu

Orang-orang itu tidak memperdulikan kehadiran Junkyu di sana seolah-olah ia adalah mahluk halus.

Junkyu berdecak kesal, berkacak pinggang lalu kembali berseru, "Hanya anjing yang berani bermain keroyokan seperti ini. Jika kau memang memiliki nyali, ayo lawan aku!"

Seketika perhatian sekelompok orang itu terpusat pada Junkyu dan melupakan korban mereka sebelumnya.

"Kau mengatai kami anjing? Berani sekali!"

Junkyu tersenyum kikuk melihat tatapan-tatapan tajam itu, nyalinya seketika menciut. Kata-kata tadi hanya refleks karena dirinya terlalu kesal, dia tidak benar-benar menentang orang-orang itu.

"Uh? Aku mengatai kalian anjing karena kalian terlihat sangat manis dan imut seperti anak anjing. Lihat anak anjing itu, sangat imut bukan?" elak Junkyu sambil menunjuk anak anjing liar yang berkeliaran di pasar.

"Omong kosong! Tangkap berandalan kecil itu untuk dijadikan makanan buaya!"

Mata Junkyu refleks membulat saat mendengar dirinya hendak dijadikan makanan buaya. Ia segera berlari dari sana menerobos keramaian pasar untuk menghindari para preman pasar sok hebat itu. Memasuki bangunan di sana secara acak tidak perduli jika dirinya dijadikan tontonan.

"Lihat saja, aku akan melaporkan kalian pada ayahku agar dijadikan tumbal proyek!" rutuk Junkyu. Ia berlari memasuki salah satu kedai teh dan mulai merangkak masuk ke bawah meja untuk bersembunyi.

"Di mana bocah brengsek itu!? Periksa seluruh tempat ini!"

Junkyu tertawa kecil karena merasa hal ini konyol. Seorang Putra Mahkota menjadi buronan orang biasa, jika ayahnya tau hal ini, seluruh kerajaan Lunar pasti heboh.

Di depan mata Junkyu seseorang tengah duduk dengan jubah yang menjuntai ke bawah hingga menyapu lantai. Ia merangkak mendekat dan secara pelan membuka jubah bagian bawah orang itu agar ia bisa masuk dan bersembunyi di dalam.

BOUNDARIES || HARUKYUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang