_End_

387 40 6
                                    

Di tengah pertempurannya melawan pemimpin Aliansi, Haruto terdorong beberapa meter saat seseorang tiba-tiba berdiri di depannya seperti kilasan cahaya. Pergerakannya terhenti saat sebuah pedang menancap tepat pada inti Dewanya. Ia mengangkat kepalanya perlahan-lahan untuk melihat siapa yang bisa melakukan hal itu. Inti Dewa adalah bagian paling sakral dari para Dewa karena disaat benda itu hancur, maka sang Dewa akan lenyap.

Saat tatapan keduanya bertemu, Haruto tidak punya pilihan lain selain tersenyum.

"Aku berhasil menepati janjiku untuk kembali menemukanmu," ucap Haruto meskipun sadar Junkyu tidak akan menyadari semua yang terjadi di antara mereka. Mata Junkyu yang menghitam keseluruhan menandakan jika saat ini seluruh tubuhnya telah dikuasai oleh kekuatan iblis penghancur. Dan saat ia ada dalam posisi itu, itu artinya ia tidak akan mengenali siapapun lagi.

"Mereka terlalu ikut campur. Bisakah kau menghancurkan mereka semua untukku dan hanya menyisakan kita berdua di sini? Aku tau itu sangat mudah untukmu," bisik pemimpin Aliansi

Seharusnya iblis penghancur tidak memiliki tuan dan tidak mengikuti perkataan siapapun selain dirinya sendiri, tapi karena dalam tubuh Junkyu masih terdapat teratai pembunuh, itulah mengapa ia selalu tunduk pada perkataan pemimpin Aliansi.

Junkyu menarik kembali pedangnya dari Haruto lalu berjalan ke depan untuk mengamati keadaan sekitar. Terlalu mudah memang untuk menghancurkan mereka. Bagi Junkyu orang-orang di depannya sekarang terlihat seperti semut yang bisa ia injak dengan mudah.

Ia hanya menatap ke arah langit lalu setelah itu awan hitam disertai angin kencang yang mampu menggoyangkan apa saja menyelimuti bumi. Yang ada di dalam pikirannya saat ini hanya menghancurkan mereka semua sesuai perkataan orang yang menjadi tuan bagi teratai pembunuh.

Junkyu menutup mata untuk mengumpulkan seluruh energi kejahatan yang ada di seluruh penjuru bumi. Saat seluruh energi telah terkumpul sebanyak mungkin, yang hendak Junkyu lakukan hanyalah meledakkan seluruh energi itu untuk menghancurkan mereka yang ada di sana. Namun, belum sempat energi itu meledak, kelopak mata Junkyu terbuka saat seseorang tiba-tiba menerjang dirinya mencium bibirnya. Semakin ia menolak, semakin orang itu menekan kepalanya dan memperdalam ciuman mereka.

Dalam sekejap, mata Junkyu yang menghitam keseluruhan perlahan-lahan mulai normal. Bersamaan dengan itu, kilasan demi kilasan kejadian di masa lalu membayang di pikirannya dengan sangat jelas.

"Kita memang bertolak belakang dalam segala hal, hanya karena bertolak belakang bukan berarti kita tidak bisa beriringan. Putih tidak selamanya baik, dan hitam tidak akan selamanya buruk. Aku ingin berteman denganmu terlepas dari siapa kau, jika aku ingin berteman denganmu, maka orang itu harus kau."

"Haru, menurutmu, apa yang akan terjadi di sepuluh ribu tahun yang akan datang? Apa kita akan terus seperti ini? Maksudku, bisakah kita akan tetap bersama?"

Haruto tersenyum. "Untuk menebak apa yang akan terjadi tentu saja diluar prediksiku. Aku bahkan tidak bisa menebak apa yang akan terjadi satu detik kemudian. Tapi di dunia ini bukankah kita diberi kesempatan melalui harapan? Jika kau menginginkan kita terus bersama hingga ribuan tahun lagi, maka tidak ada salahnya untuk berharap."

"Kau sudah di dunia ini selama dua ribu tahun, apa selama itu kau sering kehilangan seseorang?"

"Menjadi seorang Immortal tidak mudah. Melihat dengan mata kepalamu sendiri bagaimana waktu membawa orang-orang terdekatmu adalah hal yang biasa. Aku pernah kehilangan tentu saja," jawab Haruto

"Lalu bagaimana caramu menjalani hidup?"

"Hanya terus berharap dan mengikuti takdir. Aku percaya jika sesuatu yang telah ditakdirkan untukku, bahkan jika harus menunggu ribuan tahun, akan tetap kembali padaku."

BOUNDARIES || HARUKYUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang