10

210 37 2
                                    

"Selamat datang kembali, Yang Mulia."

Sepanjang jalan memasuki istana, Junkyu hanya bisa memasang wajah cemberut saat ia diperlakukan seperti seorang buronan dengan pengawal di kedua sisinya. Beberapa jam yang lalu ketika memutuskan untuk ke pasar seorang diri, ia tanpa sengaja bertemu rombongan istana yang menyeretnya secara paksa agar pulang atas perintah Raja. Dan di sinilah Junkyu sekarang, berlutut sambil memasang wajah memelas di depan sang ayah.

"Aku tidak akan berbicara banyak. Seluruh pakaianmu sudah ayah antar ke sekte Gunung Bunga."

Junkyu menunduk menyembunyikan wajah cemberutnya. Padahal dia sudah menyusun rencana sebaik mungkin agar tidak dikirim ke sekte Gunung Bunga, tapi tetap saja gagal. Sekarang yang ada di pikirannya bagaimana Haruto dan Hwan jika ia tiba-tiba menghilang dari sana?

"Ayah yang akan mengantarmu langsung besok."

Jika sudah seperti ini, apa lagi yang bisa Junkyu lakukan? Ayahnya bahkan sudah mengirim seluruh pakaiannya ke gunung Halla. Itu adalah jenis pengusiran secara tidak langsung.

"Baiklah."

Puluhan pengawal berjalan mengiringi tandu yang di dalamnya terdapat seorang Raja beserta sang Putra Mahkota. Melewati berbagai pedesaan dan hutan yang disambut hangat oleh para rakyat. Terkadang Junkyu bingung, orang-orang itu terlihat sangat tunduk hanya dengan melihat tandu kerajaan, namun saat bertemu langsung dengannya yang merupakan seorang penerus kerajaan, mereka sama sekali tidak takut. Apa mungkin karena orang-orang itu tidak pernah melihat wajahnya secara langsung? Putra Mahkota negeri Lunar memang se tertutup itu. Ia seolah tidak memiliki harga diri di depan rakyat-rakyatnya.

Para pengawal yang memimpin rombongan kerajaan berhenti secara tiba-tiba hingga membuat tandu yang dinaiki Junkyu ikut berhenti. Ia menatap Raja yang terlihat tetap tenang, tidak seperti dirinya yang mudah penasaran dan tidak bisa diam.

"Kau menghalangi jalan Raja!"

"Maaf, saya hanya sedang mencari murid saya. Sekali lagi mohon maaf."

Mata Junkyu membulat, suara itu sangat familiar karena baru saja ia pikirkan. Ia refleks mengangkat tirai yang menutup jendela tandu, sedikit mengintip dan mendapati Haruto sedang berdiri di tepi jalan sambil memegang tangan Hwan.

"Haru," lirih Junkyu. Ternyata Haruto benar-benar mencarinya. Ia buru-buru kembali menutup tirai saat Haruto melihat ke arah tandu.

Tandu itu kembali berjalan normal. Sekali lagi Junkyu mengintip, ternyata Haruto sudah masuk ke dalam hutan bersama Hwan. Ia menghela napas pelan, ada perasaan berat meninggalkan keduanya.

"Ayah."

Raja melirik sekilas pada Junkyu yang tiba-tiba memijit tubuhnya dengan lembut. Jika sudah seperti ini, pria paruh baya itu sudah bisa menebak jika anaknya itu sedang menginginkan sesuatu.

"Aku akan menjadi anak yang baik setelah ini, tapi tolong beri aku waktu lima menit untuk berpamitan pada temanku," ucap Junkyu.

"Kau ...."

"Terimakasih, ayah. Hanya lima menit!"

Raja tercengang saat melihat tempat kosong di sampingnya yang hanya menyisakan udara. Ia belum sempat menjawab, tapi anaknya itu sudah melompat lebih dulu dari atas tandu.

Junkyu berlari memasuki hutan setelah melepas seluruh atribut berbau kerajaan miliknya. Rules pertama tentu saja Haruto tidak boleh mengetahui jika ia adalah seorang Putra Mahkota.

Langkah Junkyu melambat saat mendapati Haruto dan Hwan sedang bercanda di depan pondok .

"Haru."

"Paman Junkyu!" Hwan langsung berlari ke dalam pelukan Junkyu. Mereka baru berpisah beberapa jam, tapi anak itu bersikap seolah-olah mereka telah berpisah selama beberapa tahun.

BOUNDARIES || HARUKYUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang