9

186 33 0
                                    

Haruto hanya bisa menggeleng tidak habis pikir saat melihat Junkyu dan Hwan yang sedang berlarian ke sana kemari sambil bermain layangan di pinggir sungai, sedangkan dirinya terpaksa harus menyapu pekarangan pondok yang mulai dipenuhi buah pinus berjatuhan.

Pagi itu tidak se cerah biasanya, awan mendung mulai terlihat menyelimuti bumi bertanda sebentar lagi akan turun hujan.

"Sebentar lagi hujan, berhenti bermain."

"Memangnya kenapa? Aku dan Hwan memang berencana akan mandi hujan."

Haruto merasa saat ini ia sedang mengurusi dua bocah. Tapi bocah seperti Hwan justru lebih mudah diberitahu daripada bocah jadi-jadian seperti Junkyu. Jika Haruto tidak banyak mengalah, maka yang terdengar hanya perdebatan sepanjang hari.

Perkiraan Haruto tidak meleset sama sekali. Hanya setengah jam saat ia selesai mengatakan hal itu, hujan lebat turun membasahi bumi. Bukannya berteduh, Junkyu dan Hwan justru melompat kegirangan di bawah hujan.

"Kita mandi hujan, yeeey!" teriak Junkyu

"Kita mandi hujan, yeeey!" Itu Hwan yang mengikuti perkataan Junkyu

"Haruuuu, ayo mandi hujan."

Haruto pasrah saja saat Junkyu dan Hwan menarik kedua tangannya untuk bergabung bersama mereka. Sejujurnya Haruto membenci hujan karena akan membuatnya sakit.

"Aku selalu suka jalan-jalan di saat hujan turun, bagaimana denganmu?"

Haruto mengusap wajahnya yang mulai basah kuyup. "Aku lebih suka tidur di saat hujan."

"Membosankan," cibir Junkyu, "bisa kita pergi ke padang bunga Azalea yang kita lewati waktu itu?"

"Kenapa tiba-tiba?" tanya Haruto

"Tidak ada alasan. Waktu itu lumayan gelap, aku tidak bisa melihat padang itu secara jelas."

Mereka kembali berjalan bersama di bawah derasnya hujan. Melewati pohon maple yang berjejer rapi di sepanjang jalan yang daunnya mulai berubah warna. Jalanan itu lumayan terjal hingga Junkyu bisa melihat bentangan lembah di bawahnya yang dipenuhi bunga Azalea berwarna merah muda. Di tengah lembah itu, sebuah sungai mengalir yang entah akan bermuara di mana.

"Jalanan baru lagi? Bukankah semalam kita melewati lembah yang ada di bawah itu?"

Junkyu merasa Haruto selalu membawa dirinya melalui jalan yang berbeda setiap harinya. Ia yang tidak tau jalanan itu akan berujung di mana hanya bisa mengikuti sambil terus bertanya karena penasaran.

"Hm. Di depan sana adalah puncak Gunung Halla."

Samar-samar di antara guyuran hujan yang menyelimuti, Junkyu bisa melihat sebuah puncak yang menjulang tinggi hanya beberapa meter di depan mereka.

"Apa di sini sekte Gunung Bunga berada?"

"Kita berada di sebelah timur gunung, sekte mereka berada di sebelah barat gunung Halla,"

Junkyu mengangguk saja. Di depan mereka berdua Hwan dengan semangat menuntun mereka seolah ia adalah pemimpin rombongan.

"Paman Haru, apa kita akan pulang ke rumah?"

Mendengar pertanyaan itu, Junkyu tidak tahan untuk tidak bertanya. "Pulang? Pulang ke mana?"

"Um, rumah Hwannie ada di atas gunung itu."

"Aku tidak tau, jangan menatapku. Aku hanya menemukannya di jalanan," balas Haruto yang merasa risih karena terus ditatap Junkyu.

"Jujur pun tidak ada salahnya," lirih Junkyu

Mereka mendaki satu per satu tangga batu agar sampai ke puncak yang Haruto maksud. Tangga batu yang menjadi pijakan mereka terasa licin akibat guyuran hujan. Hwan yang awalnya berjalan paling semangat kini berakhir di gendongan Haruto.

BOUNDARIES || HARUKYUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang