22

185 35 0
                                    

Saat ini keduanya berdiri di perbatasan, dari atas puncak sana mereka bisa melihat dengan jelas bentangan padang rumput yang sangat luas dan tidak berujung. Di tengah padang rumput itu, sungai Songhua mengalir ke utara keluar dari pegunungan Baekdu dan melintasi dataran Manchuria sebelum akhirnya bermuara di sungai Amur yang memisahkan dataran Tiongkok Timur dan Rusia.

Namun sebelum benar-benar mencapai padang Manchuria, orang-orang yang hendak pergi ke sana harus melewati berbagai labirin batu dan tebing-tebing menjulang tinggi di Jilin.

Di saat yang lainnya masih terlelap, kedua pemuda itu memutuskan pergi lebih dulu untuk memastikan situasi.

"Hanya selangkah lagi maka kita sudah berada di Jilin," ucap Junkyu. Ia melompat dengan semangat melewati garis batas yang sengaja di pasang di sana.

"Apa titik buta yang kau maksud adalah labirin batu-batu itu?"

Merasa tidak ada respon apapun dari Haruto, Junkyu berbalik hanya untuk memastikan jika pemuda itu masih ada di belakangnya. Kerut samar tergambar di wajah Junkyu saat melihat Haruto yang tetap bergeming menatap labirin batu itu.

"Haru, kau baik-baik saja?"

Haruto mencengkram gagang pedang yang selalu bersamanya itu saat kilasan masa lalu melesat begitu saja di pikirannya.

"Aku kehilangan saudara laki-lakiku di labirin itu. Saat aku berhasil keluar, ia tidak pernah berhasil keluar hingga detik ini."

Jauh di dasar hatinya, ada sedikit rasa bersalah mendengar perkataan Haruto. Labirin itu tidaklah semudah kelihatannya karena telah dilapisi bermacam-macam dinding sihir milik aliansi Makam Kuno yang bisa menyesatkan dan melahap orang luar yang berani menerobos masuk.

"Kita pulang?" tawar Junkyu

Haruto menggeleng lalu menarik Junkyu agar mundur di belakangnya, memberi pemuda itu pedang yang selama ini selalu menemaninya.

"Kau tetaplah di sini dan jaga dirimu dengan baik, aku yang akan masuk. Jika aku tidak kunjung keluar, kau hanya perlu meminta bantuan dari yang lain."

Mata Junkyu seketika membulat. Ia langsung menggeleng tidak setuju dengan perkataan Haruto. Di satu sisi ia merasa hal ini baik dalam meringankan misinya, jika Haruto pergi sendiri ke markas mereka, bukankah ia tidak perlu turun tangan untuk mengambil jantung pemuda itu? Namun ada sesuatu lain di sudut hatinya yang tidak terima jika hal itu terjadi dan selalu memintanya untuk melindungi Haruto.

"Aku ikut!"

Junkyu mencengkram dadanya bersamaan dengan darah segar yang kembali keluar dari lubang hidungnya. Bukan sesuatu yang baru lagi, itu adalah salah satu bentuk peringatan dari pemimpin sekte aliansi Makam Kuno jika salah satu anggotanya mulai memiliki pemikiran melenceng.

"Apa yang terjadi? Kau baik-baik saja?" Raut khawatir jelas tergambar di wajah Haruto

Junkyu menggeleng sebagai respon lalu kembali tersenyum untuk meyakinkan pemuda itu.

"Aku tidak baik-baik saja. Jika kau meninggalkan aku sendirian di sini bagaimana aku akan bertahan jika seseorang dari aliansi Makam Kuno tiba-tiba datang menyerang? Jangan memintaku kembali kepada murid yang lain. Aku tidak suka menyusahkan orang lain selain dirimu. Tapi jika kau membawaku ikut, aku pasti akan kembali baik-baik saja."

Haruto menatap Junkyu selama beberapa saat. Bahkan ketika sedang tidak baik-baik saja pemuda itu tetap memiliki celah untuk menggodanya.

"Kita kembali ke penginapan dulu. Misi akan kita lanjutkan setelah kau baik-baik saja."

"Aku akan baik-baik saja asal bersamamu. Lagipula kita tidak memiliki waktu lagi. Siapa yang tau apa yang akan mereka lakukan sedetik kemudian kepada Master Rose dan Hwan?"

BOUNDARIES || HARUKYUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang