25

225 36 6
                                    

Junkyu memasuki paviliun istana saat melihat seseorang yang sejak tadi ia cari sedang duduk seorang diri sambil menikmati secangkir kopi.

"Kabur lagi atau kau memiliki banyak waktu luang?" tanya Raja Lunar

"Aku memiliki banyak waktu luang dan sedikit merindukan ayah, jadi aku memutuskan untuk mengunjungimu sebentar."

Raja Lunar menatap anaknya itu curiga. Jika seperti itu biasanya Junkyu memiliki sebuah permintaan yang membuat otaknya sakit.

"Sejak kecil, kau selalu berkata menyayangi ayah hanya demi sebuah hadiah. Sekarang, hadiah apa yang kau mau? Atau kau berharap ayah akan luluh dengan kenakalanmu?"

Bukannya membalas godaan sang ayah, Junkyu kembali berkata, "Ayah, aku dengar lima belas tahun yang lalu kerajaan Lunar melakukan genosida terhadap klan Teratai Putih. Apa aku benar?"

Wajah Raja Lunar seketika berubah keruh. Ia sudah hampir melupakan kejadian 15 tahun yang lalu, tapi anaknya kembali mengingatkan dirinya tentang hal itu.

"Kau benar. Tapi tidak akan ada asap jika tidak ada api. Mereka melakukan praktik ilmu hitam yang memakan banyak tumbal. Demi ketentraman negeri, seluruh rakyat Lunar setuju untuk membantai mereka dan mengusir sisanya agar meninggalkan tanah kita," jelas Raja

"Lalu sekarang bagaimana keadaan mereka yang berhasil selamat?"

"Tidak ada yang tau. Suatu keajaiban jika mereka berhasil selamat."

"Benarkah? Lalu bagaimana dengan ini?" Junkyu memperlihatkan sebuah lambang Teratai Putih di pergelangan tangannya yang membuat Raja Lunar terkejut.

"Kau ...."

Perkataan Raja Lunar terhenti saat sebuah pisau menancap tepat di jantungnya.

Junkyu tersenyum. "Lima bulan yang lalu, aku membunuh anakmu agar bisa masuk ke tempat ini. Aku membencinya karena wajahnya sangat mirip denganku, namun dia memiliki takdir yang jauh lebih baik. Tidak seperti diriku, yang seluruh klanku dibantai tepat di depan mataku."

"Kau ayah yang baik, tapi kau raja yang buruk!" desis Junkyu

Junkyu yakin seluruh kerajaan akan dipenuhi pergolakan setelah ini. Tanpa membuang waktu lagi, setelah memastikan Raja Lunar benar-benar tewas, ia pergi begitu saja. Sekarang Junkyu merasa sesuatu yang benar-benar menjadi misinya telah selesai.

Di persimpangan jalan langkah Junkyu melambat melihat Hyunsuk yang berjalan ke arah yang berlawanan dengannya. Akhir-akhir ini ia jarang melihat pemuda itu, entah kemana perginya, tapi melihat raut wajah Hyunsuk ia yakin jika pemuda itu sedang tidak baik-baik saja.

"Aku berhasil membunuh Raja Lunar. Bagaimana denganmu?"

Hyunsuk menggeleng lalu tersenyum kecut. "Jihoon membebaskanku setelah tau aku adalah anak dari pasangan itu. Ia memberiku kesempatan untuk membalas dendam."

"Lalu?"

"Aku tidak tau. Untuk sekarang aku akan kembali ke aliansi untuk membawa Doyoung pergi dari sana."

"Tidak ada ampun, tidak ada maaf, dan tidak ada perasaan dalam dunia seorang pembunuh bayangan. Kau melupakan selogan itu? Padahal kau yang selalu mengingatkan diriku tentang hal itu." Junkyu tertawa pelan

"Lalu bagaimana denganmu? Kau yang selalu melindunginya bahkan rela menanggung hukuman hanya demi dirinya. Aku hanya mengikuti jejakmu untuk sedikit menjadi manusia berperasaan."

"Kau benar." Junkyu berjalan melewati Hyunsuk lalu menepuk pundak pemuda itu pelan. "Hati-hati, pastikan kau dan Doyoung selamat dan hiduplah bebas di luar sana."

BOUNDARIES || HARUKYUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang