Cemburu yang Terselubung

788 60 6
                                    


Dyas sangat sibuk, mengepak barang-barang milik Anjas yang banyaknya terlalu berlebihan. Butuh empar box besar untuk menampung semua kebutuhan yang penurut Anjas berupa barang penting. entah apa benar adanya atau Anjas hanya ingin menyulitkan Dyas, karena Dyas sedari tadi berjibaku dengan barang-barag milik pria itu, Anjas sendiri hanya memerintah, mengawasi dan duduk-duduk saja.

Bersama para pembantu Dyas bolak-balik membawa barang ke luar rumah, menyusunnya di dalam mobil, kemudian ia mengepak barang-barangnya sendiri ke dalam kardus, untuk barangnya tidak banyak. Setelah beres, ia mengenakan tas selempang dan membawa tas laptopnya untuk ia bawa. Merasa sudah siap dan tidak ada barang yang tertinggal, Dyas melirik Anjas yang sedari tadi santai berbaring di atas kasur, di saat orang lain sibuk mondar mandir mengangkat barang, di mata Dyas. Anjas tidak sedikit pun melakukan hal yang berarti. Dyas menghembuska napas kasar, mungkin inilah contoh jenis pria harus Dyas hindari. Jangan sampai dia memiliki pacar atau suami bermodelkan seperti Anjas. Tampan, kaya raya dan memiiki segalanya, tapi punya kebiasaan buruk, Anjas pemalas dan punya sikap yang tidak mencerminkan kehidupannya yang sempurna.

" Masih ada nggak barang kamu yang harus saya bawa ? " Dyas sengaja bertanya agar terlihat sopan, sekaligus memberitahu Anjas bahwa pekerjaanya sudah selesai.

Anjas menoleh sebentar,tapi kemudian dia menatap Dyas dan sekelilingnya.

" Oh sudah selesai ya..." Anjas yang mengenakan kaos hitam dan jins biru , dan topi Red Sox itu tersenyum di hadapan Dyas yang seketika menahan napas. Cepat Dyas melarikan tatapannya ke arah lain, setampan apapun Anjas, semenawan apa pun penampilan pria itu. Wajah dingin dan tatapan tajam milik Anjas, sudah melekat dalam ingatan Dyas.

Anjas bangkit, tubuh jangkungnya turun dari kasur, melangkah ke arah meja belajar, pria itu meraih ranselnya memasukkan laptop,headphone dan banyak kabal yang semerawut. Memakai ranselnya. Anjas membawa kotak besar berisi PTC lengkap. Menoleh ke arah Dyas, memastikan kesiapan gadis itu, jujur saja ia masih risih tidak menerima Dyas masih mengenakan rok pendek setengah paha. Anjas tidak bisa mengungkapkan kemarahannya, sebagai ganti ia memberikan lirikan sinis pada Dyas yang menatapnya polos. Ish !

" Ingat kan, kita harus pura-pura di depan keluargaku, lo nggak usah baper " perintah Anjas penuh peringata tajam ke arah Dyas yang langsung mengangguk.

" Lo harus diem dan nurut aja, ngerti nggak ! " Anjas sudah lebih dulu memberi ultimatum, matanya menatap lekat pada Dyas yang seolah sedang berpikir. Anjas gemas menunggu reaksi Dyas yang seharusnya langsung meng-IYAkan. Tapi Dyas justru terlihat ragu-ragu sedang membalas tatapannya. Anjas menelan ludah, ekspresi polos Dyas saat inilah yang membuat tenggorokannya mendadak kering, bersamaan emosinya meradang karena Dyas sulit sekali di taklukkan.

" Nurut aja apa susahnya sih ! " ancam Anjas melototkan matanya, tapi seketika ia berdecak melihat Dyas menunduk.

Tantu Dyas ingin membantah, karena ia tidak mau menerima perlakukan yang tidak sepantasnya. Dan ia berhak melindungi diri. Tapi rasanya, ia sendiri sudah tidak kuat lagi mendengar kata-kata tajam yang keluar dari bibir Anjas setiap kali pria itu menghina statusnya sebagai pembantu, Dyas tidak ingin mendengar hal yang lebih menyakitkan lagi. Merasa ingin menyudahi sebelum Anjas kembali menyakitinya, Dyas mengangguk saja sambil menahan sesak di dadanya.

****

Ramelgia memiliki satu unit apartemen yang terletak strategis di pusat kota, untuk mempercayakan amanat pada sang anak bungsu yang sudah menikah, Ramelgia mempercayakan sebuah tanggung jawab dan kedewasaan kepada sang putra, diharapkan putranya tersebut belajar hidup mandiri dan dapat mengelola rumah tangganya dengan baik tanpa campur tangan dirinya sebagai orang tua.

Pernikahan DYASTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang