Dyas Harus Nurut !

845 67 12
                                    

Tidurnya sangat lelap, sangat nyaman, sangat damai. Perpaduan hangat dan lembut melindungi tubuhnya dari udara yang sangat dingin, ini tidak biasa di rasakan Dyas yang biasanya tidur di kasur usang nan sempit, hanya bermodalkan kipas angin yang tergantung di kamarnya. Tepat peraduan mimpinya kali ini bukanlah kamarnya, Dyas masih enggan bangun, tapi pikirannya yang menikmati kenyamanan menoak berpikir keras di mana ia berada.

Dalam mata terpejam, ingatannya terakhir bertemu cucu Nyonya Pramesti, dan di sebuah kamar mewah khas perabotan laki-laki yang minimalis. Dyas membuka mata, langit-langit kamar bercat putih bersih, dengan pencahayaan lampu terang yang seakaan menembus matanya, Dyas memicing silau.

Butuh beberapa detik, Dyas untuk sadar setelah melihat ke sekitar.Matanya membulat besar, dia tidak yakin. Ini kan kamar Anjas pikirnya, dadanya berdebar kencang. Masih tidak percaya, ia melihat tubuhnya, di atas kasur, Dyas menyibak selimut, mengepalkan tangan menyadari tubuhnya hanya berbalutkan kaus tipis yang ia pakai, tapi tanpa dalaman. Dyas panik, bingung, tidak tahu apa yang terjadi. Tapi dadanya yang berdebar juga tidak bisa di ajak berkompromi untuk berpikir jernih.

Mati aku ! pikirnya.

Dia tidak bisa mengatakan untung atau tidak dengan tidak adanya keberadaan Anjas, si pemilik kamar.Yang Dyas pikirkan dia harus keluar, keluar pergi dan seolah semuanya tidak terjadi apa-apa. sekali pun terjadi apa-apa , mungkin Dyas berpikir mengalah dan tak ingin membahasnya. Bergegas mengambil laptop, dan Bra yang sebelunya teronggok di tempat tidur. Bodoh amat dengan tempat tidur yang berantakkan, tanpa mematikan lampu atau mematikan pendingin ruangan. Dyas langsung keluar kamar, sudah tidak di pikirkannya lagi mengenai statusnya sebagai pembantu, apalagi orang asing yang menumpang tidur.

Dia tidak numpang, dia sendiri bingung kenapa dirinya terbangun di kamar ini.

****

Celakalah Dyas, ia bangun kesiangan. Kenapa bisa begini sih pikirnyaa, mengigit bibir panik, ketakutan.

Ternyata hari sudah siang, siang bagi Dyas yang terbiasa bangun subuh setiap hari. Dan saat ini hari bukan lagi gelap, melainkan sangat terang walau matahari belum menunjukkan sinarnya.

Rumah ini juga sangat besar untuk dia mencapai ke Mutinya, tempat mengadu dan berlindung walau Mutinya itu hanya seorang pembantu, bagaimanapun hanya sang Muti yang ia miliki di rumah ini. Dyas sudah tidak sanggup melangkah, takut jika ia bertemu dengan siapapun dan menanyakan keberadaanya yang membingungkan, pagi buta sudah berada di dalam rumah besar, padahal jam segini Dyas biasanya membersihkan kandang kucing atau menyapu halaman. Dyas mungkin akan pingsan kalau yang menemukannya salah satu anggota keluarga Adskhan. Dyas tidak bisa membayangkan. Kini dia hanya berdiri gugup, mengintai kiri dan kanan, berpikir mana jalan yang membuatnya cepat sampai ke belakang dan memperkirakan siapapun tidak akan melihatnya.

Mata Dyas membulat mendengar suara langkah-langkah kaki dari segerombolan orang banyak, di iringin perbincangan dengan berbagai macam nada suara, tapi yang paling Dyas kenali ada suara tua Nyonya Pramesti. Dyas merinding kala, suara-suara itu makin mendekat, datang dari satu-satunya lorong di sebelah perpustakaan tepat di samping kamar Anjas.

" Anjas kalau nggak di bangunin mana mau sholat "

Dyas yang hendak bergerak, tetap diam di tempat menjaga wibawanya agar tidak memalukan, dari pada kepergok mengendap-endap seperti orang maling.Dyas lebih memilih berdiri dengan pikiran mengarang memberikan penjelasan mengapa dia ada disini. Tentu saja dia akan menjawab jujur. Tanganya mencengkram kuat Laptop yang ia peluk menutupi dadanya yang tidak mengenakan bra, menumpukan segala keberanian dan harga diri di sana.

Matanya melirikke arah lain, siap menyodorkan wajah yang menahan malu seakan rata , tapi tidak berani menatap kedatangan rombongan keluarga Nyonya Pramesti. Ia berusaha berdiri tegak, semakin keluarga Adskhan mendekat, kaki Dyas seolah terbenam, menancap tegak.

Pernikahan DYASTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang