Maaf (21+)

1.1K 32 2
                                    


Di rumah besar Adskhan, sudah sebulan ini Anjas dan Dyas bermesraan tak tahu waktu dan tempat, bercinta setiap malam, bercumbu nyaris hampir subuh. Di mana saja jika kedunya berdekatan, di tempat-tempat sepi, di mobil, di gudang, di taman belakang, di kamar mandi bahkan di tengah-tengah lembaran skripsi Anjas yang berhamburan di lantai. Entah siapa yang memulai, Anjas yang sedang di mabuk cinta, sedangkan Dyas serasa di atas angin dikagumi setiap hari. Anjas sudah tergila-gila padanya.

Hari-hari di habiskan untuk bersenang-senang, menghambur-hamburkan uang dan bercinta hingga kelelahan. Dyas mulai tersadar bahwa kebersamaan mereka selama ini tidak wajar. Ia mulai jenuh. Mungkin karena apa yang mereka lakuan tidak ada manfaatnya. Pernah suatu kali di dalam kelas, selangkangannya seolah masih terasa penuh, telapak tangan Anjas yang lebar dan hangat itu seolah membelai tubuhnya, takut sekali teman-temannya mengetahui itu.

Dengan perasaan malu, yang hanya dirasakan olehnya. Ia menatap orang-orang itu satu persatu, apa mereka tahu apa yang telah ia lakukan, apa mereka juga melakukan yang sama pikir Dyas, apa yang mereka pikirkan kalau tahu bagaimana kehidupan Dyas yang sebenarnya. Kadang-kadang Dyas harus menguatkan diri bahwa semuanya tetap sama, tidak ada yang berubah.

Ia tidak harus kehilangan rasa percaya diri, Anjas memujanya setiap hari, mengaguminya setiap saat, menyenangkannya dalam belaian, memuaskannya penuh kelembutan, terutama Anjas memenuhi kebutuhan hidupnya, membelikan Dyas ponsel baru, pakain baru, semua hal tidak penting dapat Dyas miliki dengan mudah tanpa bersusah payah mencari kerja.

Di atas semua itu, Dyas merasa ada sesuatu yang membuatnya berada dalam kenyataan pahit, yang membuatnya selalu sadar dan merasa ia berada di tempat yang salah, merasa tidak pantas, tidak tepat untuk miliki dan terima. Seberapa besar cinta Anjas padanya, tetap saja ia selalu tertekan oleh tatapan tajam nyonya Yashinta.

Puncaknya adalah hari ini, yang seharusnya ia bahagia karena akhirnya skripsi Anjas dinyatakan lulus revisi dan akan disidangkan. Detik itulah bayangan perpisahan mulai terlihat olenya, betapa Dyas sadar. Ia dan Anjas berdiri di persimpangan yang berbeda, dan akan melanjutkan hidup di jalan masing-masing. Akan sulit sekali bagi Dyas untuk dapat bertemu kembali dengan Anjas, rasanya sangat mustahil.

Dyas menolak ketika Anjas mengajaknya merayakan pencapaian itu di luar rumah, tapi Dyas juga menyesal. Begitu sampai di kediaman rumah besar. Kecuali tuan Ramelgia yang sedang bekerja, seluruh keluarga Adskhan berkumpul bahagia mengetahui kabar itu, nyonya Yashinta bahkan pulang lebih awal.

" Kabari Trisa, Finn--- " ucap Yashinta diselingi tawa bahagianya, meminta Ralfinna mengabari seluruh anak-anaknya di luar negeri, terutama Trisa yang berada di Inggris. Putri bungsunya itu akan membantu menyiapkan dokumen persyaratan Anjas melajutkan S2 di negera monarki itu.

" Ini tengah malam mama, waktunya London tidur " Ralfinna menyahut, dokter itu mengendong Rubizah sebentar kemudian menyerahkannya kembali dengan sang pengasuh. Memilih menghabiskan waktu istirahatnya berkumpul di meja makan, sebelum harus kembali ke rumah sakit.

" Mama kamu lupa " Pramesti tertawa.

Meski Anjas di sampingnya, seakan ada sekat tak kasat mata, Dyas seolah duduk sendirian di tengah-tengah keramaian. Pura-pura sibuk menikmati apa pun, memaksakan tersenyum, tidak sekalipun ia berani berbicara, matanya sesekali meliat Anjas dikeremuni wanita-wanita Adkshan yang terus memuji pria itu dengan bangga.

Sesekali para pembantu datang mengantar piring baru atau lauk baru yang masih panas ke meja makan, Dyas tahu tatapan mereka memperhatikannya yang sendirian dan diam, juga memperhatikan keluarga Adskhan yang heboh dan berisik. Dyas merasa tak nyaman, namun pamit lebih dulu ke kamar tanpa, itu tidak mungkin. Dyas merasa tertekan.

Pernikahan DYASTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang