Dyas Jadi Pengasuh

739 43 4
                                    


Dyas baru saja masuk ke dalam kamarnya dengan hati berbunga-bunga, senyum manis terukir di bibir menghiasi wajahnya setiap melangkah, hingga harus kandas oleh sebuah permintaan Mutinya yang seolah telah menunggunya sedari tadi.

" Yas kamu di minta sama ibu Pramesti jadi pengasuh Rubiza sementara, selagi nyari Baby sitter pengganti, soalnya si Nur itu nikah "

Dyas menahan napas, merasa keberatan dan terbebani. Namun tidak bisa mengatakan apapun kecuali diam, bagaimanapn dia dan Mutinya tidak bisa menolak, keluarga Adskhan begitu baik kepada mereka selama ini yang telah menjadi tumpuan kehidupan bagi Dyas dan Halimah yang mungkin tidak akan memiliki kehidupan yang layak seperti sekarang.

Bagi Dyas, dia bukan tidak mau bekerja keras atau tidak mau bersusah payah hanya saja dia tidak mau terlibat langsung dengan keluarga Adskhan, selama ini dia terlalu terbiasa bekerja di agian belaang rmah tanpa harus berinteraksi dengan orang-orang yang sulit terjangkau itu. Jadi pengasuh, artinya di akan bertanggung jawab penuh kepada salah satu keturunan kelarga Adskhan, yang dibayangkan oleh Dyas adalah wajah angkuh Nyonya Pramesti dan wajah tampan yang dingin cucunya waktu itu.

" Ini cuma sementara saja, paling tiga hari langsung dapat soalnya Ralfinna itu nyarinya lewat yayasan, tapi sebagus apapun yayasan namanya kerja pasti cocok-cocokkan, kalaupun dapat pasti training dulu dua minggu, Ralfinna itu nggak seberang milih orang. selama itu, kami percayakan Rubizah sama kamu...tenang saja nggak ganggu waktu kamu kuliah...disini banyak orang selagi kamu nggak ada...ada saya, ada yang lain...kamu tidur kalau sudah Rubizah tidur, pokoknya nanti kamu ketemu Ralfinna...dia akan jelaskan...Halimah...cucumu ini saya gaji ya..." jelas Nyonya Pramesti panjang lebar, ternyata walaupun sudah bertemu beberapa hari wanita tua itu sama sekali tidak mengetahui nama Dyas.

Dyas menelan ludah, mengangguk bukan dari hati yang sebenarnya. Kamarnya di belakang di bagian sudut rumah mewah ini lebih menarik di banding interior mewah yang menghiasi ruang baca di sekelilingnya saat ini.

Disinilah Dyas sekarang setelah makan siang, ia bertemu Rubizah, anak kecil berumur tiga tahun,cantik nan lucu karena kepandaiannya berbicara , berkenalan singkat, tidak butuh waktu lama untuk merasa akrab atau anak itu memang tidak peduli dengan keberadaanya, bisa juga tidak merasa terganggu selama bermain. Dyas dengan suntuk mengawasi Rubi bermain mobil-mobilan mini di antara tumpukkan boneka, bola-bola berhamburan di atas karpet busa alas tempat ia duduk saat ini dan di kelilingi pagar bermain anak.

" Main Dyaaaaaas---jangan diem aja ! " pekik Rubi keras membuyarkan kantuk Dyas yang seketika duduk tegak, anak kecil ini ternyata sangat cerewet, Dyas heran karena ketika berkenalan tadi Rubi terlihat sangat manis dan pemalu, belum sejam berkenalan anak itu menujukkan kesinisannya pada Dyas, mentitah ini dan itu, menghamburkan mainan yang tidak di mainkan, bahkan berbicara tidak sopan. Dyas yang tidak pernah mengasuh hanya terperangah melihatnya.

" Enghh---" Dyas menoleh kiri dan kanan, menelan ludah karena tidak ada siapapun di sekitar mereka, yang paling Dyas takuti kalau Nyonya Pramesti melihatnya tidak becus bekerja. " Iya-iya,---oh ini mobil Dyas " ucap Dyas sok ramah, setelah menelan ludah merasa shok, ia harus menyesuaikan diri dengan anak kecil. Menjadi pengasuh ternyata tak mudah pikirnya.

Dyas mau tak mau, dengan sangat terpaksa pura-pura menikmati permaianan, ikut tertawa kalau anak itu tertawa, menurut saja apa yang di inginkan Rubizah, bermain ini dan itu, Dyas mendapat pengetahuan baru bahwa jangan sekalipun membantah perintah Rubi, karena kalau sudah merajuk anak itu akan sangat sulit di bujuk, Dyas bahkan sempat panik ketika anak itu dengan wajah melototnya meminta pagar bermain di buka hanya karena Dyas mengatakan sudah bosan bermain juga karena hari sudah sore. Cepat Dyas memutar otak, dengan mengambil boneka barbie, menawarkan permainan baru agar anak itu berhenti merajuk, secepat mood anak itu beruba, semudah itu juga untuk membuat anak itu menurut kembali. Dyas mengepalkan tangan, kalau saja Rubi keponakkannya, Dyas tidak berpikir dua kali untuk bertindak tegas walaupun anak itu masih sangat kecil.

Pernikahan DYASTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang