Baikan

614 30 2
                                    

" Ih---mbak Dyas " ucap Dani tiba-tiba menunggu piring dihantarkan ke hadapannya, saat Dyas menyiapkan makan anak itu, mengambilkan nasi dan lauk pauk, Dani menatapnya lekat, pikiran polosnya heran melihat bibir bawah kakak sepupunya terlihat makin tebal memerah dan semakin ia perhatikan sudutnya terluka.

" Iya " jawab Dyas tanpa melihat ke arah adiknya. Menambahkan potongan lele goreng ke dalam piring miliki Dani kemudian meletakannya di hadapan anak itu.

" Bibirnya mbak Dyas luka. Mas Anjas lihat tuh " Dani berbicara antusias, dengan wajah serius sekali meminta pria kota di sebelahnya untuk melihat juga, bahwa apa yang dikatakannya itu benar.

Dyas memalingkan muka, risih menjadi perhatian mata setiap orang. Terutama Anjas yang menatapnya lekat untuk pertama kali. Dyas sama sekali tidak bisa marah, menuntut tanggung jawab pada pria itu, dia sama sekali tidak bisa marah, tidak pantas dan malu untuk mengungkitnya. Tapi ketika keponakkanya bertanya, Dyas bingung mau memberikan jawaban apa.

" Iya beneran loh mbak, luka kenapa ? " tanya Damar, anak yang sudah berbicara dengan jelas dan lantang itu bertanya tak kalah serius dari Dani.

Dyas manyun cemberut, memberikan bahasa tubuh tidak bijaksana sesuai umurnya. Karena ia sendiri tidak tahu harus menjawab, sang tersangka penyebab lukanya pun cuma diam saja, terus menatapnya membuat Dyas bertambah malu salah tingkah.

" Makan aja deh, jangan banyak tanya " jawab Dyas ketus melotot ke arah Damar.

" Paling sakit kalau makan " ucap Damar. Dan itu benar, Dyas merasa perih saat hendak menikmati sambal kesuakaanya yang dibikin bude Siwi, makannya pun tak nyaman. Selaian mata Anjas yang terus saja menatapnya, seolah dirinya lebih menarik dari pada hidangan di hadapan pria itu. Bahkan Damar dan Dani sudah makan dengan lahap tidak memperhatian dua orang dewasa yang makan dengan canggung.

Anjas jelas masih kecewa, karena Dyas tidak benar-benar menerimanya, tidak mau membuka ruang baginya untuk masuk kedalam hidup gadis itu. Saat menghubungi Anjas, Dyas memang mengakhiri hubungannya dengan anak teknik itu, tapi tidak berupaya memberi kejelasan mengenai status hubungan mereka dengan Harris. Jika mengatatakan pacaran saja Dyas sudah merasa malu bukan main, jelas ia tidak bisa mengarapkan Dyas mau mengakui pernikahan mereka pada orang lain. Apa tidak sepantas itu dirinya untuk gadis itu, apa seberat itu Dyas untuk menerima dirinya. Tapi Anjas sendiri sudah malas membahas dan mempermasalahkan itu, ia masih menunggu maksud dari Dyas menciumnya tadi hingga menjelaskan hubunganya dengan Harris. Ia mengakui sendiri bahwa ia begitu bodoh, terlihat memalukan untuk memastikan sesuatu yang tidak jelas, seakan dirinya memang tidak memiliki kerjaan yang lebih penting selain berjuang mendapatkan gadis seperti Dyas, menginginkan Dyas untuk selalu berada di sisinya. Apa pun yang terjadi.

Ya sebodoh itu, Anjas sangat menyadarinya. Bahkan ia tidak bisa memalingkan muka, tidak bisa tidak peduli ketika tahu bahwa bibir Dyas terluka karena kelakuanya yang di luar nalar, ia juga ingat tangan Dyas juga terbentur pintu akibat mengejarnya, harusnya ia tahu bahwa Dyas sudah begitu banyak memiliki masalah dan menghadapi kesulitan, ia sendiri malah menambah beban gadis itu. Setelah mereka selesai makan, hari sudah semakin sore, angin sejuk masuk melalui pintu yang terbuka, menghantarkan suara riuh dedaunan dari pohon-pohon di belakang rumah. Dani dan Damar masuk ke dalam kamar, sedang Anjas membantu Dyas membersihkan meja makan. Mengumpulkan piring kotor ke dalam baskom hitam, saat Dyas hendak mengangkat baskom hitam itu keluar Anjas mencegahnya, ia sendiri mengangkatnya keluar, ke tempat pencucian piring.

Dyas belum mau duduk di bangku kecil selagi Anjas belum masu ke dalam, lagian ia tidak suka pekerjaanya seakan diawasi. Tapi saat ia berbalik hendak memberitahu, menyuruh pria itu masuk ke dalam rumah, Dyas bingung kenapa Anjas menutup pintu, membiarkan mereka berdua di belakang rumah. Di sore hari yang sangat sepi.

Pernikahan DYASTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang