Dress Biru

660 64 9
                                    

Kini Anjas sudah merasa dapat bernapas lega dengan mengikat Dyas dalam sebuah kesepakatan yang menurutnya aman, Pria itu memperbolehkan Dyas untuk melakukan ap pun yang di inginkan gadis itu di rumah ini atau di mana pun, asal Dyas tetap ingat dan mematuhi peraturan yang ia buat.

" Beneran lo nggak makan ? " tanya Anjas saat Dyas dengan wajah manyun menggemaskan itu mengarahkan sendok ke mulutnya untuk terakhir kali. Anjas tahu Dyas ogah-ogahan dengan dongkol setengah mati untuk menuruti perintahnya yang sangat absurd. Padahal sebelumya pria itu bisa makan sendiri, tapi hanya karena tidak ingin melihat Dyas yang di bayar tapi nganggur, Anjas jangan sampai membuat Dyas tidak ada pekerjaan sedikit pun.

" Nggak lapar " jawab Dyas tanpa menoleh sedikit pun ke arah Anjas, dia berdiri merapikan semua peralatan makan, hendak membawanya keluar kamar. Soal Dyas yang yakin sekali tidak akan makan bukan karena Anjas, tapi itu tidak sepenuhnya benar. Karena perkataan pria itu menyadarkannya, siapa dirinya untuk makan bersama keluarga Adskhan, Dyas malu ], dari pada dia akan membunuh dirinya sendiri di sana nanti, mending Dyas tidak makan sama sekali, kendati dia sangat lapar saat ini. Semoga mereka cepat pergi dari rumah ini.

" Njas kapan kita pindahnya, besok ? " tanya Dyas yang hendak melangkah namun urung.

" Dyas ! " panggil Anjas dengan nada tinggi menahan kesal, membuat Dyas yang bingung menahan napas memikirkan apalagi kesalahannya di mata pria itu.

" Satu peraturan lagi, lo jangan pernah nanya apa pun sama gue...jadi apa pun rencana yang gue buat, lo sama sekali nggak boleh ikut campur. Tugas kamu itu nurut dan ikuti perintah aku...nggak lebih Yas "

Dyas terdiam dengan wajah malu seakan rata, perkataan Anjas barusan benar-benar mengingatkannya akan posisi dirinya sebagai pembantu dan pria itu sebagai majikan. Dyas merasa malu karena tidak sadar diri, ia meruntuki kebodohannya.

" Oh iya-iya maaf, nggak lagi deh...janji " Dyas membalik badan membawa nampan, tepat saat ia membuka pintu Anjas kembali bersuara tanpa Dyas menoleh.

" Lo makan, nanti sakit. gue yang repot "

" Nggak akan sakit bos " janji Dyas dengan mantap.

*****

Perjalanannya menuju dapur was-was kalau saja bertemu dengan keluarga Adskhan, mereka pasti mempertanyakan kenapa dirinya tidak bergabung di meja makan dan Dyas tidak memiliki jawaban yang masuk akal untuk membuatnya enak di dengar. dia bersyukur berlama-lama meladeni Anjas yang sangat memusingkan dan sulit di mengerti. Tapi berkat itu, keluarga Adkshan sudah bubar di meja makan dan Dyas tidak di pusingkan untuk menghadapinya.

Dyas membawa piring ke dapur, beberapa pelayan melihat kedatangannya, sama sekali tidak menyapanya, melainkan mereka menatap Dyas terang-terangan namun saling berbisik satu sama lain dengan para pembantu lainnya, Dyas tidak tahan di sana, setelah mencuci piring dan meletakannya di mesin pengering ia berlalu pergi dengan menahan napas. Benci sekali dia dengan siapa pun yang mengatainya dari belakang, dan Dyas sudah tidak kuat lagi berada di rumah ini. Karena semua orang membecinya, tidak seorang pun berada di pihaknya.

Dyas pergi ke gudang, sebelum Anjas memberikan pernyataan menyyakitkan mengenai kesadaran diri, ebih baik Dyas lebih dulu tahu dan memposisikan dirinya dengan benar. Dyas ingat, di rumah ini banyak sekali perabotan bagus yang tidak terpakai, dan Dyas pernah memakainya. Mutinya pernah meminjmkan Dyas kasur lipat untuk di bawa berkemah saat sekolah dulu, Dyas juga tahu di mana Mutinya itu mengambilnya. Dyas yakin sekali tidur menggunakan kasur itu lebih aman, karenaa kasur itu memang sering di gunakan para pembantu.

****

Anjas sudah merasa aman, Dyas sudah bisa dikendalikan, yag ternyata sangat mudah sekali. Uang ! walau pun Dyas terkenal cerdas dan gadis baik-baik nyatanya dia sama saja dengan gadis lainnya, tetap saja akan lemah jika dihadapkan dengan sesuatu yang bernilai di banding adu otot untuk berdebat tentang harga diri. Buktinya Dyas begitu mudah menyanggupi semua peraturannya.

Pernikahan DYASTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang