Di Kamar Mandi

760 42 2
                                    

Sebagai mahasiswa semester sembilan yang sedang mengerjakan skripsi. Anjas mengisi hari-harinya dengan sia-sia, bermain game, olah raga dan hang out bersmaa teman dan kekasihya. Ia membela diri, karena ia membutuhkan hiburan setelah mengalami stress berat karena penolakan dosen pembimbing beberapa bulan lalu. Masalahnya, sudah begitu banyak waktu dan hari yang Anjas nikmati untuk mencari hiburan. Dan ia sudah melewatkan satu semester dari waktu konsultasinya yang terakhir. Hingga kini skripsinya yang berjalan di metode penelitian itu terbengkalai tidak jelas kabarnya. Dan Anjas seolah lupa dengan tugasnya sebagai mahasiswa dan perkuliahannya. Keluarganya sama sekali tidak mengetahui itu, karena Anjas sering ke kampus. Namun bukan untuk bimbingan melainkan mencari kesenangan di luar rumah.

Kini ia sendiri di apartemen, tidak berencana ke luar karena Naufal sibuk dengan politiknya dan Daniel mungkin sibuk dengan bisnis barunya mengelola kafe yang di rintis pria itu bersama Bianca.

Saat ia sarapan tadi, Anjas menyadari dua hari ini tidak melihat Dyas sarapan. dan itu menggugah hatinya untuk merasa kasihan. Jasi setelah sarapan, ini kali pertama dirinya melakukan sesuatu yang tidak pernah ia lakukan sebelumnya, bahkan di rumahnya sekali pun. Anjas menaruh piringnya ke tempat bak cucian. Menutup sajian makanan itu walau tidak benar.

Kini ia berencana bermain game sebentar, kemudian akan pergi ke galeri sport untuk olahraga. Berbaring di kasur membuka ponselnya, melihat berita di media sosial, postingan-postingan berita sekitar kampus. Kabar mengenai hubungannya dengan Ariana yang menyeret nama Gisca ternyata masih jadi perbincangan, ini karena kampusnya akan mengadakan kontes bujang gadis kampus itu, dan Ariana terlibat, menjadi pusat perhatian.

Anjas meredupakn ponselnya, cahaya ponsel itu membuat kepalanya pusing tiba-tiba. Ia meringis tak nyaman, menggeser tubuhnya menindih lipatan selimut yang sudah rapi. Tapi pusing di kepalaya kian menjadi. Anjas bangkit, baru menyadari perutnya terasa bergejolak melilit. Pria itu lari ke kamar mandi, memuntahkan isinya di sana. Dan ia merasa lebih baik setelah bekumur-kumur.

Anjas yakin ia salah makan, alergi pada bakteri makanan sudah ia idap sejak kecil, dan ia sering mengalaminya karena ia teledor. Terakhir kali ia seperti ini mungkin beberapa minggu lalu saat ia makan kerang bersama Ariana. Tapi hal tidak mengenakan ini tidak akan tejadi jika ia mantap di rumah dalam dua puluh empat jam seharian. Penyakitnya ini bukanlah sesuatu yang serius, tapi berakibat fatal jika Anjas mengalaminya di saat-saat genting. Seperti saat ia duduk di bangku menengah dulu harus melewatkan ujian karena harus di larikan ke rumah sakit akibat muntah-muntah. Dan hal yang sama saat ia ospek, karena makan nasi kotak pemberiaan panitia kampus.

Maka dari itu Anjas tidak sembarangan makan, dan setiap kali ia di sering pusing seperti ini bukanlah sesuatu yang menyenangkan. Benar-benar pusing.

Dyas pasti sudah salah memberinya makan, gadis itu harus tahu dia mengalami aleri ini. Anjas menekuk wajahya, merasa kesal. Ia berbaring di kasur, memejamkan mata mententramkan pusing di kepalanya, berharap perutnya berhenti bergejolak. Tubuhnya bangkit senditi seperti tulangnya spontan mengangkat, Anjas kembali ke kamar mandi, ia muntah-muntah-muntah lagi.

Masuk ke kamar, melihat jam yang menunjukkan tengah hari. Anjas berharap Dyas cepat pulang, karena gadis itu harus tanggung jawab, harus tahu keadaanya. Meraih ponselnya, Anjas tersadar ia tidak memiliki nomor ponsel Dyas. Anjas berdecak. Ia lebih memilih menghubungi eyangnya, bermaksud meminta nomor hp Dyas. Hanya butuh satu sambungan telepon, maka Anjas langsung mendengar suara eyangnya. Dasar nggak ada kerjaan.

" Hallo mas, ada apa ? kamu di mana ? " pertanyaan beruntun Eyangnya itu membuat Anjas mendengus merasa geli.

" Di apartemen " jawab Anjas lesu.

" Ada apa ? kok suara kamu lemas "

Anjas tersadar, ia berdehem. Meringis menguatkan dirinya.

" Nggak papa eyang, mas mau ---" ucapan Anjas tergantung, ia tidak jadi meminta nomor Dyas. Eyangnya itu pasti bingung kenapa Anjas tidak memiliki nomor gadis itu.

Pernikahan DYASTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang