Perhiasan

604 45 8
                                    

Tujuan Dyas, pagi-pagi sudah berada di halaman belakang karena Anjas sedang berada di kamar, berpikir mumgkin pria itu membutuhkan ruang dan waktu untuk melakukan aktivitas pribadi. Dyas melihat-lihat beberapa ragam kucing dengan ras berbeda-beda yang terawat di masing-masing kandangnya yang juga selalu di bersihkan, kucing-kucing itu ada yang lucu, ada yang besar menyeramkan, dan melihatnya Dyas seakan terhibur. Selain itu ia sengaja di sana,menjauh dari seluruh penghuni rumah besar Adskhan. Tapi tidak berapa lama Nyonya Pramesti memergokinya, mengajaknya berbicara dan mereka butuh tempat untuk itu. Jadilah Dyas yang tidak memiliki alasan untuk menjawab apa pun selain menurut mengekori wanita itu .

Ternyata Dyas di bawa ke kamar Nyonya Pramesti, Kamar itu tidak luas, furniturenya tidak banyak, namun semuanya tersusun rapi dengan tatanan yang pas, seolah penghuninya memang penganut kehidupan minimali. Ada tempat tidur berukuran sedang, dengan sehelai kain rajut berwarna putih gading di tengahnya, lemari besar di susut dinding dan meja rias dengan kayu jati, semuanya tampak tua, semaunya tampak di jaga dengan dengan baik dan sepenuh hati , Dyas pun tampak segan berada di sana.

" Duduk aja di sana " Pramesti menyuruh Dyas duduk di atas kasur yang nyaman itu, tapi wajah Dyas tampak ragu, ia seolah takut dengan waur wajahnya. Pramesti menyadari itu. " Nggak papa duduk " Pramesti kali ini menyuruhnya lagi dengan lembut. Dyas langsung duduk, ia tidak mau bergerak ke mana pun jika tidak di perintah, pikirannya bertanya bingung tujuan Pramesti mengajaknya ke kamar ini, ia melihat saja Pramesti membuka lemari.

" Nggak usah takut, eyang cuma mau nanya soal kuliahnya mas " kata Pramesti, melihat-lihat isi lemarinya tampak mencari sesuatu. Dyas bingung antara ia tetap di sana atau berdiri menawarkan bantuan. Tapi pertanyaan nyonya Pramesti membuatnya tak ingin beranjak, ia justru berpikir keras. menelan ludah, tidak tahu harus mengatakan apa, karena sama sekali tidak tahu, tidak peduli dan tidak mencoba untuk peduli selama ini bagaimana perkuliahan Anjas. Ia bahkan tidak tahu apa yang di lakukan Anjas di kampus, semester berapa pria itu dan sedang mengerjakan apa. Ketika membersihkan kamar, ia bahkan tidak melihat kertas berserakan di meja belajar, melainkan kabal semerawut diantara komputer yang Dyas ketahu tempat Anjas bermain game seharian, dan pria itu akan membuka macbooknya sesekali tapi entah untuk apa.

Diamnya Dyas, membuat Pramesti berpikir mungkin gadis itu takut mengatakan yang sebenarnya. Ia melihat gadis itu sesaat, sebelum akhinya melihat ke lemarinya lagi.

" Nggak usah takut, bilang aja "

" Setahu saya, mas Anjas lagi ngerjain skripsi " ucap Dyas bohong, tidak yakin sama sekali.

" Iya itu sudah setahun ini Yas, tapi masa belum selesai-selesai. Sepupunya di Inggris aja udah mau lulus "

Dyas tidak tahu hars berkata apa, karena perkuliahan Anjas bukan urusannya.

" Eyang tahu sulit buat Anjas nurut, terakhir Ramelgia nanya soal skripsinya. Anjas nggak keluar kamar tiga hari..."

Dyas menggerakan bola matanya tak nyaman, mengira-ngira apa tujuan Pramesti mengatakan ini.

Pramesti mengeluarkan sebuah kotak terbuat darai kayu jati dengan ukiran artistik, menaruhnya di atas tempat tidur persis di samping tubuh Dyas yang kini mulai merasa tak nyaman. Gadis itu duduk tegak.

Di mata Pramesti, ada perbuahan baik yang ia lihat dalam diri cucunya beberapa hari ini, sejak kembali ke rumah. Anjas tidak seperti biasanya, selalu menutup diri dan muncul ketika ada maunya saja. Anak itu dengan sendirinya menemuinya entah ketika ia membaca buku di pinggir kolam, di meja makan atau ketika mereka habis sholat berjamaan, Anjas tidak banyak bicara tapi selalu setia mendengarnya mengatakan apa pun. Di lain waktu ia melihat Anjas bersama Dyas berjalan-jalan di dalam atau di sekitar rumah, keduanya tidak terpisahkan. Terlihat bagaimana Anjas melindungi Dyas, memuat gadis itu nyaman berada di rumah ini. Di pagi, siang atau malam hari. Pemandangan yang membuatnya terheran-heran melihat tubuh mungil Dyas bersisian di samping tubuh menjulang Anjas. Tapi ia suka melihat kedekatan keduanya, ia tenang Anjas terlihat berada di rumah dengan keberadaanya jelas, ia senang ketika melihat Anjas pergi tidak untu kegiatan yang sia-sia ketika mengantar atau menjemput Dyas kuliah, dan ia sangat senang bahwa semua perubahan itu karena cucunya mungkin sedang jatuh cinta. Jatuh cinta dengan gadis sederhana yang membawa dampak perubaahan baik, setidaknya Anjas mendapat kebahagian itu masih dalam pengawasan keluarga, bukan kebahagian yang tidak jelas di luar sana.

Pernikahan DYASTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang