Sebenarnya sudah bukan rahasia lagi kalau diri ini memang pengagum penuh pada pria-pria di situasi pendakian. Biasanya jiwa leadership yang tertanam pada mereka lah yang membuat poin plus tersendiri yang menjadikan mereka layak dikagumi.
Pun, berlaku pada hari ini. Tanpa latar belakang apapun, berlandaskan pada kekayaan pengalaman yang ia miliki, juga insiatif nya yang tinggi pada salah satu acara sosial mengenai sampah di salah satu gunung di Jawa Barat. Ia hadir, entah kapan kami bertukar sapa, keberadaannya selama 2 hari belakangan sukses membuat mataku tak luput untuk mengawasinya. Mengawasi disini bukan untuk memantau, jelas bukan, namun lebih kepada "apa dia sadar keberadaan ku disini ya?".
Pun begitu ketika suara ini berubah menjadi sedikit lantang, tak lain dan tak bukan hanya untuk menarik atensinya.Ah, mungkin tulisan ini sudah tak tertebak arah dan pikiran utamanya. Jadi, biarkan saja tulisan ini menjadi narasi deskriptif yang mampu mengingatkan kembali secuil ingatan tentangnya.
Tentang celotehan remehnya yang menentang —lebih ke arah tidak suka—dengan konsep pengembaraan angkatan kami, atau tentang persediaan air minum yang ia tegak dengan serakahnya, atau mungkin tentang celana pendek dengan hiasan tas pinggang yang sepadan di tubuhnya. Banyak sekali kemungkinan, barangkali tentang bagaimana akhirnya ia menanyai namaku.
Tapi kembali lagi pada tabiat lama yang polanya senantiasa berputar secara rutin dan tertebak, barangkali Uda—panggilan untuk abang laki-laki asal Minang— lebih tertarik pada kawanku karena perangainya yang ceria atau rupanya yang lumayan cantik jelita. Ah, lagi-lagi harus menghela nafas dalam.
Cibodas, September 2023.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tempoh
Short StorySengaja ku abadikan tiap potongan cerita kehidupan yang menggelikan itu. Beberapa diantara tulisan ini memang dominan ke arah laki-laki yang pernah menggelitik hati, selebihnya adalah sambatan-sambatan mengenai culasnya semesta pada kehidupan, ah iy...