Longmarch Malam Menuju Upacara Pelantikan

2 0 0
                                    

Bumi Parahyangan dingin betul malam itu. Sembari memainkan peran yang sudah tersemat, saya pun secara totalitas memainkan peran ini.

Lalu, nyali saya tiba-tiba saja kisut. Tak lain dan tak bukan karena tiba-tiba saja-di persimpangan jalan menuju lapangan upacara, yang jaraknya masih 2km lagi -beliau hadir, mengambil alih instruksi dan seketika saja menjadi co-leader perjalanan pada malam itu.

Lagi-lagi keberanian dan inisiatif itu lah yang membuat kupu-kupu dalam perut makin berontak. Tuhan, bagaimana bisa?
Tanpa pikir panjang, ku ikuti langkah nya. Ku susuri dan ku tekuri tiap langkah pada kubangan off-road dengan headlamp yang remang. Pada saat itu juga, akan saya serap semua keberanian nan lihai itu.

Namun di lain kesempatan-ketika perjalanan masih berlanjut-saya pun terpaksa menghilang, melanjutkan kembali perjalanan secara cepat untuk mengejar beberapa hal penyokong kegiatan upacara pelantikan.

Dan betapa terkejutnya ketika saya menemukan dirinya lagi persis sejajar dengan barisan saya saat upacara berlangsung. Tak ada tolehan-tolehan sopan, beliau masih dengan posisi gagah yang tak saya temui letak lelahnya. Mata ini bahkan selalu oleng dan tertuju hanya pada beliau, saya yakin, bisa-bisa patah leher saya dibuatnya.

Dalam gemerlap malam yang hanya disinari api unggun, saya melihat air mata yang sedikit tergenang saat prosesi penyematan slayer untuk anggota baru. Mafhum, suasana malam itu syahdu bukan main. Ditambah sokongan hal lain yang membuat upacara semakin haru. Namun bukan itu yang saya tuju, tapi dirinya, bagaimana ia bisa memposisikan dirinya sebagai laki-laki yang kuat, namun cengeng layaknya manusia biasa.

Di akhir upacara, kami memberi sambutan. Nyanyian-nyanyian mulai bergema, ucapan-ucapan selamat sedang dibubuhkan pada anggota baru.

Satu kawan hpd meminta saya untuk membackup dan mengambil video perihal kejadian yang ada. Dengan sigap saya ambil gawainya lalu memotret dan merekam ria situasi yang hangat itu.

Mundur satu langkah, beberapa orang mulai masuk ke kamera dan terekam jelas tawanya.
Mundur lagi satu langkah, ku temui semua orang bergembira atas kelahiran adik barunya.
Mundur lagi satu langkah, sedikit terguncang karena menabrak seseorang. Ketika menoleh kebelakang, sedikit terkejut karena yang ditabrak adalah beliau yang sebelum-sebelumnya menjadi objek yang tak kunjung lepas dari penglihatan, "maaf-maaf bang," kataku sembari memikirkan kejadian tersebut mirip betul dengan reka adegan di ftv.

Setelah itu hati saya tiba-tiba menghangat, senang sebab dirinya kembali hadir dan wajahnya selalu menjadi yang tertenang. Barangkali beberapa orang disana juga senang, namun saya akan lebih menggaungkan perasaan senang ini. Dan saya tutup hari itu dengan memberinya segelas kacang hijau lengkap dengan roti sebagai tanda ucapan terima kasih karena sudah menginspirasi makhluk ini yang kehausan motivasi.

TempohTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang