Berbeda dengan laman sebelumnya. Tulisan ini saya tulis atas rasa syukur yang membuncah karena kehadiran saya di Makassar bisa disebut sebagai menemukan portal yang bisa membawa saya kemana saja.
Terima kasih Tuhan, atas kesempatannya.
Beberapa kemauan yang sempat saya rapalkan dalam doa kini semakin jelas jalannya. Memang, pada beberapa kesempatan--apalagi dalam mengambil keputusan-- saya senantian melibatkan Allah agar sekiranya yang saya pilih tidak berakhir sia-sia.
Ada satu ayat yang selalu saya jadikan pedoman untuk memilih sesuatu atau menetapkan keberadaan saya,
وَقُلْ رَّبِّ اَنْزِلْنِيْ مُنْزَلًا مُّبٰـرَكًا وَّاَنْتَ خَيْرُ الْمُنْزِلِيْنَ
wa qur robbi angzilnii mungzalam mubaarokaw wa angta khoirul-mungziliin"Dan berdoalah, "Ya Tuhanku, tempatkanlah aku pada tempat yang diberkahi, dan Engkau adalah sebaik-baik pemberi tempat.""
(QS. Al-Mu'minun 23: Ayat 29)Doa ini dirapalkan pula oleh Nabi Nuh ketika bepergian dengan bahteranya. Dalam doa ia meminta agar ditempatkan di tempat --daratan-- yang diberkahi pula oleh Allah. Semoga, dengan mengikuti azimat beliau, sampai pula lah diri ini pada keberkahan tuhan yang nikmat, bukan kesia-siaan.
Oh iya, tulisan ini juga dibuat sembari mendengarkan beberapa lagu Letto yang sempat kudengar di sekretariat, lalu diputar kembali saat bermain kartu dengan para senior salah satu Mapala di Makassar.
Pada perjumpaan tersebut, kutemui pula seorang daeng yang menurutku sifat, bentuk badan, dan wajahnya mirip betul dengan uda.
Lagi-lagi saya harus banyak-banyak berterimakasih pada Allah karena disuguhi pula rasa rindu ini dengan melihat representasi mu, bang.
Sehat-sehat terus, dirimu.
-Menghitung mundur untuk ikut diksar di pegunungan Latimojong, Februari 2024.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tempoh
Storie breviSengaja ku abadikan tiap potongan cerita kehidupan yang menggelikan itu. Beberapa diantara tulisan ini memang dominan ke arah laki-laki yang pernah menggelitik hati, selebihnya adalah sambatan-sambatan mengenai culasnya semesta pada kehidupan, ah iy...