Samar ku ingat bagaimana dia berdiri pada sisi lapangan badminton yang di mana disitu sedang berlangsung pertandingan perebutan juara 1. Tak lain dan tak bukan aku lah yang tengah bersaing kala itu. Dengan setelan santai--terkesan seadanya--dia melipat tangan di dada lalu mencoba memberiku semangat.
Raga dan pikiran kala itu kalang kabut bukan main. Permainan kami yang hanya sekelas kampung kini ditonton banyak orang. Panik yang berkepanjangan selama permainan juga tidak kalah besarnya, dan lagi yang ku cari dari sekian banyaknya supporter adalah kehadirannya.
Nahas, kami kalah dan mendapat juara 2 kala itu. Dengan muka yang suntuknya bukan main karena point yang lumayan jauh, dia memberi ku semangat. Namun sebetulnya yang ingin ku lakukan adalah memeluknya dan berkata, "ka, maaf ya kalah."
Namun situasi kemarin memang tak sepatutnya untuk melakukan hal impulsif tolol seperti itu.Namun kalian tau? penggantinya dari kekalahan tim ku yang telak itu? dia dengan senang hati menerima ajakan ku untuk berbincang tipis--sebetulnya mengalihkan dari rasa sakit hati atas kekalahan--di indomart dekat asrama yang ternyata membutuhkan waktu kurang lebih 5 jam. Mungkin caranya menyemangati kemurungan yang melandaku adalah dengan menjadi pendengar dan lawan berbincang.
Sekarang hampa betul tidak bisa menatap mata nya di balik kacamata kotak itu. Melihat dan mendengarkan advice nya dari sisi samping, atau sekedar melihat kekehan anehnya yang kurasa sedikit menyenangkan.
Terakhir, aku berkeluh kesah dengannya. Masih dengan pembawaan yang santai dan nada yang berserah pada Tuhan. Dia hadir dengan rentetan kalimatnya yang menurutku itu menangkan sekali.
Ah, dia adalah laki-laki dengan mulut manis yang tingkahnya hangat sekali, bahkan di kejauhan 1.186km hangatnya tetap terasa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tempoh
Storie breviSengaja ku abadikan tiap potongan cerita kehidupan yang menggelikan itu. Beberapa diantara tulisan ini memang dominan ke arah laki-laki yang pernah menggelitik hati, selebihnya adalah sambatan-sambatan mengenai culasnya semesta pada kehidupan, ah iy...