Caroline's POV
Sejak pulang dari toko cupcake-ku, aku berkutat di dapur rumahku, bergelut dengan daging ayam, lemon, linguine, zucchini, rosemary dan beberapa bahan masakan lainnya sampai aku tak sadar kalau hari sudah berganti malam. Rencananya, aku akan memasak Rosemary Chicken with Vegetables & Pasta untuk makan malam nanti karena aku tahu bahwa Rosemary Chicken adalah salah satu makanan kesukaan suamiku.
Tapi omong-omong, sebentar lagi memasuki waktu makan malam, tapi kemana dia? Mengapa sampai sekarang belum pulang? Apakah dia akan membiarkanku menghabiskan makan malam yang kubuat ini seorang diri?
"Carol, i'm home! Where are you, baby?" Aku mendengar suara itu ketika aku sedang menggoreng daging ayam di atas penggorengan. Aku tidak menyahuti panggilannya, membiarkannya mencari-cariku ke seluruh penjuru rumah yang luas ini sebagai balasan karena membuatku menunggu lama.
Ketika aku sedang mengangkat daging ayam dari atas penggorengan untuk ditiriskan, aku merasakan sebuah lengan yang tiba-tiba memelukku dari belakang dan juga sebuah bibir lembut yang mengecup pipiku dengan hangat—salah satu kebiasaan lamanya yang tidak kunjung hilang. Ternyata ia tidak membutuhkan waktu yang lama untuk menemukanku.
"Kenapa kau tidak menyahuti seruanku, hm? Apa kau tak mendengar?" Tanyanya tepat ditelingaku.
"Kau tahu, suara dari penggorengan ini sangat berisik." Aku beralasan. "Lalu, bagaimana kau bisa menemukanku disini?"
"Kurasa suara dari penggorengan ini tidak cukup berisik untuk meredam seruanku." Ia nampak ragu, "Tapi suara dan aroma dari penggorengan ini dapat membuatku menemukanmu dengan mudah."
"Oke, suara dari penggorengan ini memang tidak cukup berisik untuk meredam seruanmu, aku masih bisa mendengar seruanmu tadi, sebenarnya. But... honestly i didn't answer you because I wanted to play hide and seek for a while." Aku menyisipkan kekehan kecil di akhir kalimatku.
"Hide and seek, huh? You played that game like a little girl! Haha." Aku merengut ketika dia mengejekku, aku kan hanya bosan dan ingin bermain-main dengannya sebentar—meskipun aku tahu permainan itu memang tidak sesuai dengan usiaku lagi, sih.
"Wish we have a little girl to join this game with us..." Raut wajahnya berubah sendu, sepertinya dia berharap banyak padaku untuk memberikannya seorang gadis kecil. Ya, memang seharusnya begitu, kan? Aku kan istrinya, jadi kepada siapa lagi dia bisa berharap seperti itu selain padaku?
"Bersabarlah, kita kan baru tujuh bulan menikah, kita masih punya banyak waktu untuk mendapatkan gadis kecil." Ujarku sambil mengusap lembut punggung tangannya.
"Ya, memang kau benar, tapi kadang... ada kalanya aku merasa tidak sabar untuk mendengar suara dari seorang gadis kecil yang meramaikan rumah ini. Bob, Dave dan beberapa temanku lainnya mendapatkan anak mereka bahkan sebelum mereka meresmikan pernikahan mereka, jadi ketika usia pernikahan mereka baru memasuki tahun pertama, mereka sudah dapat melihat anak-anak mereka berjalan dengan lincah. Selain itu, aku juga ingin seorang anak untuk melanjutkan bisnis hotelku nantinya." Oh, hatiku terasa tertusuk mendengar perkataannya yang satu ini. Apakah ia kecewa padaku karena aku belum bisa memberikannya seorang anak sampai sekarang? Lalu mendengar alasan terakhirnya itu, aku merasa seperti hidup di zaman kerajaan dimana sang raja membutuhkan keturunan untuk mewarisi tahtanya, dan dalam kasus ini, sang raja menginginkan seorang anak perempuan untuk menjadi penerusnya—untuk dijadikan sebagai ratu besar seperti Cleopatra, mungkin? Ya, mungkin dia ingin memiliki seorang Cleopatra dalam bisnis perhotelan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cupcakes For Revenge
Romance[Book #2 of Cupcakes for a Missing Heart - Braxton Family's Life After Married] "Memilih pasangan hidup adalah hal terpenting dalam hidupmu. Karena jika pilihanmu salah, hidupmu akan terasa hampa, dan terkadang kau tak menyadarinya sampai kau terban...